Thursday, November 11, 2010

I judge book by its price

Beberapa waktu kemarin gue maen ke toko buku... kangen banget sama bau buku..*unyu momen ^_^
tapi gue nggak belaga gila nyium-nyiumin buku yang akan membangkitkan amarah mbak-mbak spg. Gue kul aja, lewat didepan rak buku, ambil satu buku yang terbuka rapi, gue bolak balik halamannya lalu gue hirup aroma kertasnya dalam-dalam.. aahhh.. seger!

Kemudian.. seperti biasa, gue ngecek buku gue laku apa nggak. Rasanya gimane gitu liat buku sendiri dipajang dirak toko buku.. agak-agak narsis najis lah.

Gue dari dulu punya perasaan khusus sama kertas... kalo perasaan ini makin lama makin jadi, gue pengen nembak sih.. tapi gak kebayang kalo ditolak. halaahh...

Eniwei, waktu gue menelusuri jalan diantara rak buku-buku, seperti biasa, pikiran gue terganggu sama satu pepatah tua yang sering dijadikan wanti-wanti sama orang-orang,

don't judge a book by it's cover. Kira-kira klo ditranslate, jangan ngehukum buku pake sampul... keren!

Well, gue pun memikirkan maksud kata-kata itu... hasilnya, gue seperti melihat gambaran polkadot, yang harus diisi lobang-lobang kosongnya supaya jadi satu gambaran yang jelas.
...
Buku gue sendiri sampulnya gambar cewek ngerokok sama cowok botak. Padahal gue nggak nulis tentang rokok atau tentang tips mengatasi kerontokan rambut. Seandainya para botakers membeli buku gue, mereka kurang beruntung dan menghujat keputusan mereka membeli buku gue.

Kemudian mereka akan menggosipkan bahwa gue penipu...kemudian gue akan dikucilkan dan dijatuhkan... kemudian gue akan dituntut...kemudian gue akan dipenjara...kemudian gue dan anak gue akan terlantar hidupnya...kemudian anak gue akan putus sekolah... Hush..ngelantur!

Bukan...bukan itu maksudnya. I mean, sampul buku memang sifatnya adalah mewakili isi buku.. sifat lainnya adalah baik hati, murah senyum, dan rajin menyapu. Semuanya baik dan patut dijadikan sauri tauladan... tapi ada yang kurang rasanya kalo cuma liat sampulnya.

Hari gini, pertanyaan yang paling sering muncul adalah, "berapaan tuh?". Pertanyaan seperti ini bukan hanya muncul dalam percakapan ibu-ibu dan tukang panci disore hari, tapi dimana-mana. Seakan-akan harga dijadikan acuan penilaian yang menentukan keputusan untuk memiliki sesuatu. Sekalipun sesuatu itu secara subjektif dinilai baik, mereka tetap memikirkan harga yang harus dibayar. Maaf, gue nggak maksud membahas prinsip-prinsip ekonomi, atau perbedaan tipis antara ekonomis dan pelit, atau sabun colek merk ekonomi. Tapi, sepenting itukah 'harga' dalam hidup manusia?

Sometimes people consider, for what's worthily or not.
Do you want to stay in unstable working environment if its not worth it?
Do you want to wait for someone if its not worth it?
Is it worth the money if I buy?
Is it worth the price if I pay?

I've been said that, beberapa orang sudah membayar 'harga' terlalu mahal untuk sesuatu yang pada akhirnya membuat mereka kecewa ataupun sebaliknya, mereka senang ketika harga sebanding dengan kepuasan. So, buat gue, penampilan luar atau 'sampul' bisa jadi tidak meninggalkan kesan apa-apa ketika manusia menilai lewat sebuah 'harga'.

Talking about what's price to pay is important. I think people want to feel satisfied after they paid certain amount of prices. And then I came up with a conclusion that filled the blank on my head... I don't judge book by its cover, I judge book by its price.

Demikian racauan gue... udah ah..

Regards,
Kezia Mamoto

1 comments:

Unknown said...

The Most Successful Sites for Crypto, Casino & Poker - Goyang
Goyang Casino & Poker 출장샵 is goyangfc one https://septcasino.com/review/merit-casino/ of the most famous and well known crypto gambling sites, founded in 2012. They mens titanium wedding bands are popular because of ventureberg.com/ their great

Post a Comment