Wednesday, September 29, 2010

Suara-Suara Hujan

Kulirik perempuan yang ada disebelahku, ia menggeliatkan tubuh langsingnya. Mulutnya terbuka lebar. Ia menguap. "ngantuk. hujan membuat mataku berat.", katanya. Aku melihat kepalanya terkulai dimeja kerjanya, kemudian matanya mulai terpejam. Kubaca segelintir pesan dari seorang teman. "sial, hujan begini bikin horny!", tulisnya. Kuduga ia sedang memandangi gambar wanita bertubuh sintal dan berlipstick merah tua yang menggoda, memberi makan pada nafsu birahinya. Kudengar segelintir orang bermaksud melucu tentang usaha ojek payung yang meraup untung dihari hujan. Kupikir ia hanya bermaksud menyindir, iri karena gajinya kurang.

Hmmm...Hmmm... Hums human...
Aku berdiri, meninggalkan mereka....
Dipintu kaca kulihat titik-titik air turun merayap. Diatas sana, langit pekat. Tidak sekilaspun cahaya menyelinap. Karena malam juga sudah mengganti siang, lalu...hanya ada hujan dan gelap.
Cairan berbentuk bulat-bulat itu tidak terlihat dengan mata telanjang, hanya beberapa milimeter besarnya. Berarak-arak turun mendekati kecepatan cahaya. Langit tidak segan-segan menumpahkan beban awan pada bumi. Menghimpit udara antara langit dengan permukaan bumi. pir luruh dengan curahnya. Menekan, seakan langit hampir luruh dengan curahnya. Bumi tidak melawan ketetapan langit. Hujan hanya ingin turun deras, semena-mena.

Hhhhh....Hhhhhh.... Huffing breathe...
Tangan ini bergerak menarik engsel pintu kaca. Pemandangan dibalik kaca yang jadi magnetnya.
Kaki ini menapak pada permukaan yang basah. Aku menengadah pada langit. Petrichor memanjakan indera penciuman. Dari tanah, bau minyak atsiri menguap. Indera pendengaran dipenuhi aname bergemuruh. Dari udara yang menekan, telingaku disusupi kebisingan putih yang juga sendu. Hujanpun berbahasa.
Aku berdialog dengan hujan melalui bahasa yang dimengertinya. Katanya, "Sana... masuk kedalam. Kau bisa ikut tidur bersama temanmu atau menyesap sesuatu yang menghangatkan tubuhmu." 
Aku menggeleng. Kebisingan putih itu masih menggelitik telingaku. 
"Anak keras kepala... Kau bisa kena pneumonia! Kembalilah kepembaringanmu. Ini urusanku dengan bumi.", hardiknya.
"Tapi aku suka disini."
Hujan berbisik lebih lembut. "Kenapa?" tanyanya.
"Tidak ada yang tahu aku menangis."

Huummm...Huummm... Humming rain...
Sesekali berusaha menyela perhatianku. Hujan mengusir pasangan sepayung berdua yang sedang kasmaran. Berusaha mengejek, angin menerbangkan payung jelek nan rapuh, kamuflase benteng perteduhan. Tapi dibalik ejekan hujan, pasangan kasmaran itu masih tertawa-tawa sambil berlari mencari tempat perteduhan yang baru, tangan mereka masih bertaut. Hujan tidak marah ejekannya tidak mengena. Yang marah-marah justru manusia lainnya. Mati rasa didalam mobilnya yang berjam-jam tidak bergerak seincipun dijalanan yang banjir kendaraan. Sungguh, bagiku hanya dinamika dari kebencian dan kenikmatan yang bertabrakan. Chaos.

Plop plop....drop...drop...splash.... pitter-patter rain...
Air hujan, air mata, air liur atau ingus. Siapa yang tahu? Hujan menyembunyikan dengan baik air mataku. Tidak ada yang bisa membedakan asal air yang menetes, kala berdiri dibawah guyuran hujan. Genangan dibawah kakiku sebagai rendez-vous. Kedua tetes itu bertemu.
"siapa kamu?" tanya tetesan hujan.
"aku air mata dari pecinta yang patah hati."
Mereka mengambang bersama. Mengalir kepembuangan, menyerap kedalam tanah, menguap bersama udara dingin. Terserah.
Aku masih suka berada disini. Bersama awan, bahu kami masih lelah, kawan. Nanti...nanti...biar sampai habis, sampai waktunya berhenti...

nyah! nyah! nigglers nag, nightfall near...**
Alam memerintahkan malam untuk merajai bumi. Hujanpun mulai kehilangan minatnya. Bebannya sudah berpindah tangan pada bumi. Aku melihat kebawah. Disana jejak hujan masih tersisa, tapi mungkin besok pagi akan kering. Apa yang membekas dari hujan hari ini, mungkin besok tidak ada. Sama seperti jejak air mataku yang dikeringkan oleh angin. Makin lama makin samar, sampai hilang.
Aku menengadah kelangit. Diatas sana masih gelap. Tapi tidak kutemukan awan gelap dan gemuruh aname. Sunyi. Langit ini milik malam dan penghuninya. Langit ini terbuka. Disana, lalu aku melihat....dibalik awan, masih ada bintang.

the nice thing about rain, is that it always stops. eventually -Eeyore, Winnie The Pooh.

Kezia Mamoto


**.a poem by Lee Emmett, Toot!Toot! Tourist Train

Daughtry - September

 

"September"

How the time passed away? All the trouble that we gave
And all those days we spent out by the lake
Has it all gone to waste? All the promises we made
One by one they vanish just the same

Of all the things I still remember
Summer's never looked the same
The years go by and time just seems to fly
But the memories remain

In the middle of September we'd still play out in the rain
Nothing to lose but everything to gain
Reflecting now on how things could've been
It was worth it in the end

Now it all seems so clear, there's nothing left to fear
So we made our way by finding what was real
Now the days are so long that summer's moving on
We reach for something that's already gone

Of all the things I still remember
Summer's never looked the same
The years go by and time just seems to fly
But the memories remain

In the middle of September we'd still play out in the rain
Nothing to lose but everything to gain
Reflecting now on how things could've been
It was worth it in the end

We knew we had to leave this town
But we never knew when and we never knew how
We would end up here the way we are
Yeah we knew we had to leave this town
But we never knew when and we never knew how

Of all the things I still remember
Summer's never looked the same
The years go by and time just seems to fly
But the memories remain

In the middle of September we'd still play out in the rain
Nothing to lose but everything to gain
Reflecting now on how things could've been
It was worth it in the end

Monday, September 27, 2010

The Rainy Day by Henry Wadsworth Longfellow

The famous American poet, Henry Wadsworth Longfellow (1807-1882) wrote the sentimental poems that are still popular today. Longfellow published his first volume of poetry, Voices of the Night (1838), was well-received and one of the best-known poems was "A Psalm of Life". The poems was speak directly to the reader about the inspirational message. That life should be lived everyday to the fullest way, forget the past and live actively in the present. On the next volume of poetry, Ballads and Other Poems (1842), contains two sentimental poems "Maidenhood" and "The Rainy Day". And the one that I, personally, like very much is "The Rainy Day".
The Rainy Day tells story about  a man who is having a depressing days. He looked back the past, the long lost youth and the dreams that he had when he was younger. He still thinks about the past instead of looks to the future. The first stanza is very gloomy and depressing as illustrated in the metaphor of the storm, the rain and the wind is never weary. The second stanza, the narrator describing his own life is in discouraging days and what a depressing life can be. But the tone of the poems is change on the final stanza. A sense of hope is reveal. The poet realize that he can't live in the past and his life still go on.
I read many reviews about this poem and for readers, the message is well-received as the poet meant to tell. About hope and optimism, deal with the past and move on. Well, I don't know about the optimism or a hope, but for me, personally, the punch line is the last line. Into each life some rain must fall, Some days must be dark and dreary. Those days happen in life. We can't choose when the rain will fall or when the days will dark, we can't control it either but we know it must happen somehow. You can't expect spring and summer come 365 days a year, within those days things change, seasons must change. Life must be like this, it's a part of life.

Written at the old home in Portland 
(1841)
The day is cold, and dark, and dreary;
It rains,and the wind is never weary;
The vine still clings to the mouldering wall,
But at every gust the dead leaves fall,
  And the day is dark and dreary.

My life is cold, and dark, and dreary;
It rains,and the wind is never weary;
My thoughts still cling to the mouldering past,
But the hopes of youth fall thick in the blast,
  And the days are dark and dreary.

Be still, sad heart, and cease repining;
Behind the clouds is the sun still shining;
Thy fate is the common fate of all,
Into each life some rain must fall,
  Some days must be dark and dreary.

~Henry Wadsworth Longfellow  
 
 
Regards, 
Kezia Mamoto 

Saturday, September 25, 2010

Catatan Kolam Batu

Eh, kenalin. Aku ini sebuah kolam. Aku terbuat dari batu-batuan. Aku tinggal dipojok depan rumah sebuah keluarga. Pojokan itu katanya dulu kandang anjing. Sifatku baik kok, aku sangat nerimo dan sedikit suka nguping. Sudah hampir 20 tahun aku tinggal disitu ini sedikit catatan dariku.

Kelahiranku
Aku datang kekeluarga ini pada tahun 90-an. Aku dilahirkan dari sebuah sendok. Siang itu tiga orang anak SD berbondong-bondong datang membawa sendok makan ditangan mereka masing-masing. Tanah berkerikil yang agak liat mulai digali menggunakan sendok-sendok itu. Semangat sekali, agak liar malah. Memang dasar anak kecil, pikirannya secetek dasar sendok. Mereka nggak mikir bahwa beberapa menit berikutnya hasil karya sendok-sendok cuma berupa congkelan tanah yang berantakan, nggak jadi apa-apa. Tapi ide dan akibat perbuatan mereka itu justru yang melahirkan aku. Orang tua mereka nggak terima halaman rumahnya diacak-acak dan memutuskan untuk mewujudkan impian mereka. Lalu dipanggilah tukang batu untuk merapihkan kreasi awal ketiga anak itu.

Aku dan teman-temanku.
Setelah aku lahir, aku difungsikan dengan tidak benar. Aku tidak bisa menuntut banyak atas pelecehan itu. Aku dan teman-temanku disiksa lahir batin oleh ketiga anak liar itu. Mereka bertiga setiap hari membawa teman-temannya, yang sama-sama liarnya, untuk mengaduk-aduk isi perutku sampai kami semua mual. Anak-anak itu membuat ladang permainan mereka sendiri. Main sekolah-sekolahan, mereka memaksa teman-temanku jadi murid-muridnya, padahal kami nggak ngerti sekolah itu apa. Berakting ala peloncat indah sampai isi perutku berhamburan, dan yang paling parah menaruh berbagai macam makanan yang akhirnya jadi racun buat teman-temanku. Teman-temanku akhirnya mati satu persatu. Aku benci mereka. Mereka berisik. Aku dan teman-temanku selalu ditinggalkan dalam keadaan kotor, butek, pusing dan memohon ingin mati saja.

Aku dan anak lelaki itu.
Bulan juni tahun 1994, salah satu dari ketiga anak itu tidak datang lagi. Anak lelaki itu katanya meninggal dunia. Keluarga ini berduka. Kedua orang tua dan kakak-kakaknya menangis. Bahkan kedua kakak dan teman-temannya juga sudah tidak lagi memperdulikan aku. Teman-temanku juga sudah mati semua. Aku sendirian. Aku dibiarkan. Katanya, dulu anak lelaki itulah yang mencetuskan ide untuk memiliki aku dikeluarga ini. Setelah anak lelaki itu tidak ada, isi perutku diganti dengan puing-puing dan batu-batu. Ikut dikubur bersama anak lelaki itu.

Aku dan tidur panjangku.
Sejak kematian anak lelaki itu, aku sekarat. Seperti tidur panjang. Aku menyebutnya begitu karena sekalipun aku ditimbun bebatuan, keluarga ini tidak membunuhku. Mereka nggak mengembalikan aku jadi tanah lagi. Tujuh tahun kemudian, aku dibangunkan dari tidur panjangku. Ibu mereka memutuskan untuk membangunkan aku kembali. Tapi ia juga tidak ingin aku dibiarkan bangun begitu saja, ia ingin merubah total bentukku. Tubuhku kesakitan akibat diacak-acak oleh tukang batu. Pukulan palu dan gesekan semen yang menghancurkan hampir seluruh tubuhku itu sangat menyiksa. Itulah proses kelahiran kembaliku, aku yang tadinya berukuran kecil, sederhana dan membosankan, sekarang aku sangat megah dan cantik. Dihias batu-batu dan air pancuran. Air mengalir dari berbagai penjuru. Jembatan kecil, kendi dan bambu kuning buatan sebagai saluran air. 

Aku dan cinta.
Aku menyaksikan bagaimana cinta datang dan pergi. Aku melihat sendiri beberapa kisah cinta mereka. Aku pertama kali mendengar kata 'cinta' dari kisah si anak kedua delapan tahun yang lalu. Jam 11 malam. Seorang laki-laki datang kerumah ini. Wajahnya familiar, laki-laki itu sudah sering datang sebelumnya. Mereka juga sering duduk berdekatan sambil ngobrol-ngobrol tidak jauh dariku. Aku nguping. Tapi ada yang aneh malam itu. Laki-laki itu duduk berpangku tangan diatasku, sendirian. Si anak kedua hanya berdiri didepannya sambil bersandar pada sebuah pilar. Mereka seperti sengaja mengambil jarak. Aku penasaran. Lagi-lagi aku nguping. Ini kutipan pembicaraan mereka.
Anak kedua : Ada apa sih?
Cowoknya   : Ada yang mau gue sampein.
Anak kedua : Apa?
Cowoknya   : Gue cuma mau bilang, gue cinta sama lo.
Kemudian laki-laki itu bercerita tentang apa itu cinta. Katanya cinta itu perasaan yang harus dia bilang saat itu juga dan dia bahagia cuma dengan bilang cinta. Laki-laki itu nggak bohong, dia bener-bener kelihatan bahagia. Tutur katanya halus, sopan dan wajahnya selalu tersenyum. Si anak kedua mendengar penjelasan panjang lebar itu sambil mengorek-ngorek cat pilar sampai berlobang. Aku penasaran apa kelanjutannya, tapi tiba-tiba pembicaraan itu diakhiri seperti ini.
Anak kedua : Udah?
Cowoknya   : Udah.
Malam itu malam terakhir aku melihat laki-laki itu. Ia tidak pernah datang lagi dihari-hari berikutnya.

Aku dan Boim.
Kali ini aku difungsikan dengan benar. Sebagai bagian estetika rumah keluarga ini. Nggak ada lagi main sekolah-sekolahan, nggak ada lagi loncat indah yang memualkan. Anak-anak itu sudah jauh lebih besar, nggak pantes main-mainan begitu lagi. Dan yang lebih penting lagi, aku berfungsi sebagai rumah bagi teman-temanku. Aku yang baru juga sempat punya teman-teman yang mirip dengan teman-temanku dulu. Tapi diantara mereka cuma satu yang bertahan hidup bertahun-tahun. Namanya Boim. Boim datang dari pasar, dibeli dari tukang ikan oleh tetangga mereka dan Boim dihibahkan begitu saja kekeluarga ini pada akhir tahun 2002. Boim itu pejuang tangguh, mungkin karena asalnya dari pasar, hidupnya keras. Dia bisa bertahan hidup dengan makan apa saja. Kerupuk udang, daun mentah, ulat bulu, buah pepaya, nasi, batu, daging ayam, dan makanan nggak lazim lainnya. Istilah keracunan makanan nggak ada dikamus Boim, nggak seperti teman-temanku dulu. Anehnya, Boim nggak pernah sakit, makanan-makanan yang ditelannya itu justru membuatnya tumbuh besar. Boim jomblo. Sampai mati juga tetap jomblo. Mati jomblo. Tujuh tahun, sejak datang, Boim nggak pernah merasakan indahnya bercinta. Dia justru korban pasca putus cinta. Waktu si anak kedua putus sama pacarnya, Boim temanku suka dipanggil-panggil untuk urusan nggak jelas, kadang dicurhatin. Belaga gila dia. Kasihan Boim temanku, dia suka harap-harap cemas kalo denger namanya disebut. Walaupun hidupnya kurang bahagia, Boim dikuburkan dengan terhormat disampingku bersama teman-temanku yang lain. Lagi-lagi aku sendirian.

Aku dan jendela itu.
Aku suka mengamati keluarga ini. Aku hafal rutinitas si ibu yang setiap hari nggak lupa menyirami tanaman yang tumbuh disekelilingku, si ibu juga yang suka memandikan aku, kadang juga ia main-main dijembatan sambil menyibak permukaan air. Tapi karena aku berada tepat dibawah jendela kamar si anak pertama, jendela itulah yang paling sering kuamati. Jendela itu sering terbuka. Jendela itu kadang lupa dikunci sampai pernah dibuka orang yang nggak dikenal, katanya itu pencuri. Jendela itu juga sering diduduki. Kadang si anak pertama yang duduk disitu, kadang anak kedua yang meminjam jendela itu untuk melihat langit atau sekedar menikmati hujan. Dari jendela itu aku sering mendengar bemacam-macam suara. Si anak pertama sering memutar sesuatu yang disebut musik oleh mereka. Aku dan Boim suka ikut mendengarkan. Jendela itu sering diloncati. Pelakunya bermacam-macam orang, dan yang paling sering loncat keluar masuk adalah dua orang itu, si anak pertama dan kedua. Mereka sering loncat, kemudian duduk didekatku cuma untuk menghisap batangan yang mengeluarkan asap. Malam-malam mereka sering loncat kalau pintu rumah dikunci dari dalam. Kadang-kadang si anak kedua loncat dan duduk dijembatan hanya untuk bicara sendiri sambil melihat bintang. Dari luar, aku melihat berbagai macam kejadian lewat jendela itu. Seorang bayi yang menangis, seorang lelaki yang berteriak-teriak, si anak pertama yang marah-marah atau kadang ketiganya tertawa bersama. Saking banyaknya yang bisa kuamati lewat jendela itu, setiap hari aku selalu menunggu terbukanya jendela itu.


Setelah Boim mati, aku lagi-lagi sekarat. Kali ini lebih mengenaskan. Aku tidak lagi ditimbun puing-puing tapi hanya dibiarkan begitu saja. Rupaku sudah tidak indah lagi. Batu-batu berlumut sampai hitam. Genangan air jadi sarana metamorfosis dari kecebong menjadi katak. Tidak ada lagi air bersih yang mengalir dari pancuran dan hiasan bambu kuning. Kalo musim kemarau tiba, aku benar-benar kekeringan, hanya daun-daun kering yang jatuh kedalam perutku. Kalo musim hujan tiba, aku hanya menampung air hujan, kadang sampai meluap-luap.
Sejak kelahiranku, sudah hampir 20 tahun aku berada dikeluarga ini dan mereka belum juga memutuskan hari esok yang akan mereka berikan padaku. Aku masih ada dipojokan yang sama. Aku ini kolam batu.


In utter silence, I felt an untold loss.
If these stones could talk-
Would they tell the story of broken hearts?
Of broken promises, lost loves and hopes?
....
A story of souls once lived and loved
As proofs of eternal existence,
Finding solace only in silence.
- Sossy Nercessian (If Stones Could Talk)

Kezia Mamoto

Coffee


Buat coffee lovers classic, biasanya sehari tanpa kopi ibarat keluar rumah nggak pake baju, nggak afdol. Symptom yang menyertainya adalah parno, gelisah, depresi, gangguan tidur, susah konsentrasi, de el el. Beda tipis sama symptom orang bokek. Buat cafe lovers + coffee lovers, tempat hengot yang dipilih nggak jauh-jauh dari coffee shop. Minimal warung kopi. Buat coffee lovers ala-ala, karena tekanan pergaulan, dia minum kopi. Buat pedangan kopi, ya dagang kopi lah. Jangan diganggu. Perekonomian lagi parah-parahnya!

Eniwei, ini khusus buat coffee lovers classic aja. Ngomong-ngomong soal milih kopi, kepribadian dan karakter bisa dilihat dari pilihan kopinya. Inilah analisis dari pakar dan pimpinan Smell and Taste Treatment and Research Foundation, Alan Hirsch. Kata Allan, jenis minuman kopi yang kita minum bisa mencerminkan kepribadian sekaligus menggambarkan pernyataan sosial yang bersangkutan. Allan membagi enam tipe kepribadian berdasarkan pilihan jenis kopi. 
  1. Cappuccino mencerminkan pribadi yang menyukai segala sesuatu yang bernilai estetika dan juga kepribadian yang ceria.
  2. Kopi hitam menggambarkan pribadi yang ambisius, fokus, pekerja keras, dan senantiasa "diburu-buru" target yang ia tetapkan sendiri. Bicara asmara, peminum kopi hitam adalah tipe pragmatis sehingga butuh usaha ekstra keras untuk memunculkan sisi romantis mereka.
  3. Espresso menunjukkan tipe individu yang suka memimpin atau sosok yang selalu perlu kekuatan untuk memompa rasa percaya dirinya. Mereka adalah pekerja keras yang tak lantas menyerah hanya karena pernah gagal. Dalam urusan percintaan, mereka adalah orang yang berpengalaman, selalu menarik di mata lawan jenis, tapi kesetiaannya agak diragukan.
  4. Skim latte mewakili pribadi pengayom dan cinta damai.
  5. Frappuccino memperlihatkan karakter petualang dan menikmati hidup. Mereka dipenuhi ambisi sehingga selalu berenergi dan optimis, malah tak segan untuk mempertaruhkan segalanya. Sayangnya mereka mudah sekali merasa bersalah karena terlalu membebani diri sendiri. Pasangan yang cocok bagi pecinta frappuccino adalah mereka yang lebih tangguh sehingga bisa mengingatkan dia kapan harus mengerem ambisinya.
  6. Iced coffee mencerminkan sosok yang santai, spontan, dan humoris. Biasanya yang bersangkutan memiliki pergaulan luas 
Ada lagi penelitian lain dari dua pakar bahasa tubuh asal Australia, Judi James dan James Moore, mengklaim bahwa selera dan pilihan kopi seseorang sebenarnya dapat mengandung makna tertentu. Menurut mereka, selera kafein dapat mengungkap banyak hal, seperti kepercayaan diri, tingkat stres, dan bahkan kehidupan seksual. Berikut ini uraiannya seperti yang tercukil dalam buku The You Code.

  • Peminum Espresso: Mereka yang suka kopi ini cenderung moody, tegar, dan pekerja keras. Mereka juga suka menjadi pemimpin dan mengejar tujuan. Mereka  bisa jadi seorang pasangan yang berpengalaman dan menyenangkan, tetapi kesetiaannya belum tentu bisa diandalkan.
  • Peminum Black Coffee: Tipe orang ini sungguh minimalis dan tanpa ornamen. Dia menerapkan pendekatan langsung dalam hidupnya. Peminum kopi ini bisa jadi pendiam dan moody, tetapi kadang kala juga bisa menjadi sangat terbuka pada orang lain.
  • Peminum Latte: Secara tipikal, mereka adalah metroseksual. Peminum latte ingin menyenangkan orang lain dan sangat ingin disukai. Dengan memilih minuman hitam dan berbahaya kemudian mengubahnya menjadi minuman nyaman bercampur susu, James dan Moore bilang bahwa peminum latte mengakui bahwa mereka memiliki sisi ketidakmatangan walaupun ingin maju sebagai penantang.
  • Peminum Cappuccino: Seperti halnya yang mereka minum, penggemar cappuccino tidak penting seperti halnya buih dan gelembung, bosan dengan detail, tetapi tidak terobsesi dengan hal-hal material. Peminum cappuccino menikmati seks, tetapi mudah bosan dengan pasangan yang kurang imajinatif.
  • Peminum Instant Coffee: Mereka ini tipe orang yang menyenangkan, langsung ke tujuan, suka tertawa, dan hidup dengan slogan "Jika tidak rusak, tak perlu diperbaiki". Peminum instant coffee bisa jadi hanya memiliki karier yang datar-datar saja dan harus melihat orang lain untuk melihat ke dalam apa yang tersembunyi dalam kepribadian mereka. Hal yang bukan omong kosong dari peminum instant coffee adalah alergi terhadap perilaku berpura-pura dan mereka tetap memakai kaus kaki saat melakukan seks.
  • Peminum Decaf Soy Milk: Mereka adalah tipe orang yang maunya benar sendiri, sok peduli lingkungan, pencari perhatian dengan kecenderungan pilih-pilih, rewel, dan gampang jijik. Selain itu, pilihan palsu ini menyiratkan sebuah kesombongan, tipe high-maintenance yang mendambakan sesuatu yang tidak dapat mereka peroleh dan merasa ragu dengan kepribadian mereka sebenarnya.
  • Peminum Frappuccino: Tidak karuan dan dangkal, peminum frappuccino akan mencoba apa pun sekali saja, terutama jika seorang selebriti lebih dulu melakukannya. Mereka senang memosisikan diri sebagai trend setter, tetapi mereka memberi kesan bahwa mereka adalah seseorang yang lebih mementingkan gaya ketimbang hal substansial  Hubungan asmara peminum frappuccino sering kali berlangsung seperti selera mereka. 
  • Tidak suka kopi: Sungguh disayangkan, keputusannya tidak bagus. Menurut James dan Moore, takut minum kopi sama dengan takut akan hidup. Jika rasa kopi membuat Anda takut, maka Anda benar-benar seorang yang kekanak-kanakan, dan inilah saatnya untuk bergabung dengan dunia yang terus tumbuh!
(dari berbagai sumber)

Kezia Mamoto

Surprise!

Beberapa hari yang lalu, gue nonton salah satu episodenya Grey's Anatomy. Salah satu adegannya adalah waktu Lexi Grey mau bikin surprise party buat Arizona Robins. Surprise party itu berakhir garing. Waktu Robins buka pintu apartementnya, dia liat temen-temen sekerjanya pada pake topi ulang tahun, niup party-favor ala-alaan dan apartementnya udah didekor abis ala pesta ulang tahun, eh dia nangis... kabur keluar dan gak balik lagi. Well, of course, reaksi Robins bukan reaksi yang diharapin Lexi. Nggak disangka-sangka, surprise party yang direncanain Lexi mati-matian ditanggapi dengan reaksi yang juga nggak disangka-sangka. Yup, the unexpected is the element of surprise. Surprise..Surprise!

Tahun 1999, gue jadi as-pri kakak gue untuk acara sweet 17 nya. Mulai dari gedung, undangan, musik, katering, acara, baju, make up, etc. Pestanya sih biasa, sweet 17 ala anak SMA, dan menurut kakak gue itu menyenangkan. Tapi yang paling gue inget, muka asem bokap yang ditodong tagihan bayaran setelah pesta selesai. Berharap bisa balikin kakak gue ke perut emak gue. Gue sendiri seperti ngeliat deretan angka ditagihan itu teriak "Surprise!" ke bokap. Dan gue sebagai saksi hidup peristiwa traumatis itu, berniat untuk nggak pernah bikin pesta ulang tahun kayak gitu. Gue masih pengen bokap hidup lebih lama.

Dua tahun setelah itu, tibalah giliran gue yang berumur 17 tahun dan ketika umur gue nambah satu itulah gue ngalamin 'the element of surprise'.

Dihari ulang tahun gue, gue pulang sekolah menemukan anjing gue, which one the last dog i ever had, mati. Gue buka pintu rumah dan gue liat anjing gue terkapar dilantai. Mayat anjing gue dikelilingi sama kakak dan beberapa temen gue dan salah seorang dari mereka udah megang sekop ditangan, siap menggali kuburan. Anjing gue itu emang udah lama sakit. Nggak heran dia nyerah hidup. Nyokap gue sengaja pulang cepet dari kantor demi memeluk anjing itu sebelum masuk liang kubur. Suasana penguburan hari itu berlangsung hikmat dan mengharukan. Kita bikin notes yang dimasukin kedalem kuburannya dan air mata nyokap gue nggak berhenti mengalir berjam-jam kemudian, kita menyanyikan lagu sendu dan nyokap makin kejer nangisnya. Salah seorang temen gue nawarin masang bendera kuning dan mengadakan kebaktian tapi kita putuskan bahwa tindakan itu agak berlebihan.

Well, bukan itu sebenernya surprise yang gue dapet. Surprise yang sesungguhnya terjadi dua hari kemudian. Hari itu hari minggu siang. Pulang gereja, salah satu sahabat gue bernama Dany, langsung menawarkan diri untuk nganterin gue pulang. Gue sih seneng-seneng aja, dilihat dari kantong anak sekolahan dengan uang jajan pas-pasan, gue irit 7000 ongkos naik ojek. Diperjalanan menuju rumah, Dany banting setir, dia ngajak makan dulu sebelum pulang. Gue makin girang, soalnya ditraktir. Jadilah kita ke McD Cibubur. Kira-kira sejam kemudian, kita pulang. Kali ini beneran pulang, nggak belok-belok lagi.

Siang itu panas banget, nggak tahan lama-lama diluar. Gue ngibrit masuk rumah, ninggalin Dany yang masih sibuk markir motornya diluar. Rumah gue sepi-sepi aja, gue pikir kakak dan nyokap gue nggak ada. Gue baru masuk sampe ruang tengah, tiba-tiba dari lima penjuru rumah, kakak gue dan temen-temen gue muncul sambil teriak-teriak, loncat-loncat, salto, lari-lari....Surprise! Happy Birthday!! Dua orang dari mereka bawa gitar sambil nyanyi-nyanyi. Sebenernya waktu itu tangan gue reflek nyari duit cepek-an dikantong, kebiasaan nemu pengamen dijalan. Jadilah surprise party diadakan dirumah gue.

Hmmm...sebenernya gue sampe hari ini nggak ngaku sama mereka kalo gue nggak kaget sama surprise party hari itu. Ada beberapa kecurigaan gue sama mereka sebelum surprise party itu. Pertama, setelah pulang gereja, gue digiring dengan paksa untuk langsung pulang. Kedua, waktu makan siang, Dany bolak balik ngecek henpon dan jamnya. Ketiga, orang yang dateng itu-itu aja, tiap hari ketemu, dua jam sebelumnya juga ketemu digereja, pindah tongkrongan doank. Well, they didn't know that. Kemampuan akting gue cukup tinggi. hiii..... Gue nggak ngaku karena gue pikir gue sangat beruntung punya temen-temen yang mau panas-panasan dibekap dikamar sementara nungguin gue pulang.

Eniwei, kita udah mendekati bagian surprise yang sebenernya. Inget Dany, temen yang dengan semena-mena gue tinggalin panas-panasan, berkutat dengan parkiran motor diluar sementara gue dengan egoisnya masuk rumah sendirian? Well, sebenernya dia kakak kelas gue dari SMP tapi kita baru deket waktu kita sama-sama gabung pelayanan satu gereja dan waktu itu udah tiga tahun gue bersahabat sama dia. Waktu itu gue, Dany dan beberapa temen yang lain adalah kawanan yang nggak terpisahkan. Ibarat Poo hanya sebuah boneka merah botak yang aneh, akan ganjil kalo nari sendiri tanpa disejajarkan dengan Dipsy atau Tinky Winky.

Disurprise party itu, gue yang berakting shock ngeliat temen-temen gue berhamburan nggak karuan tiba-tiba berhenti berakting karena dipintu depan rumah, Dany berdiri memegang sebuket bunga mawar ungu yang, sumpah...., gede banget! Sosok Dany yang memegang buket itu terbingkai sempurna dipintu dengan latar belakang sinar matahari yang masuk dari luar. Lo tau kan, ibarat difilm kalo seorang angel muncul pasti ada latar belakang sinar menyala-nyala, bedanya kalo difilm ada backsound gospel yang bisa kita denger jelas, sementara hari itu backsound gospel cuma ada dikepala gue, backsound yang sesungguhnya cuma suara temen-temen gue yang berteriak liar, "makan...makan...potong kue...makan..makan...". Persis kaya difilm adegan slow motion, Dany dateng mendekati gue, ngasih buket gede, Happy Birthday, katanya. Abis itu cium pipi kanan kiri. Berasa kondangan. Resmi.

Dany, dibantu kakak gue, yang jadi dalang surprise party hari itu. Dany, yang juga dibantu kakak gue, sengaja milih buket mawar ungu dengan hiasan bunga rumput yang juga ungu, karena dia tahu gue cinta warna janda itu. Dany, yang sehari-hari gue tebengin naik motor, yang suka makan acar buatan gue, yang suka duduk dibangku yang sama dan minum dari gelas yang sama setiap kali datang kerumah gue, adalah orang yang menyanyikan lagu ulang tahun termanis yang dia ciptakan bersama bandnya.
Bahagiamu bahagiaku, saudariku
Matahari bersinar seakan berkata, Slamat Ulang tahun...
Kasih Allah seiring langkahmu, tambah usia lagi dikasihi Allah dan manusia
Kusambut tanganmu, kuucap dengan kasih
Selamat ulang tahun, Achie sayang...
Dan Dany, yang adalah sahabat gue, ditahun yang sama pergi keluar kota, ninggalin kalimat gantung yang dia tulis disebuah kartu bergambar Tazmania Devil, "i think we need to talk...."

Kejutan itu seperti panah dua arah. Buat gue dan Dany, nggak nyangka bisa jatuh cinta sama sahabat sendiri dan akhirnya jadi bumerang buat diri kita sendiri. 4 tahun kemudian, Dany balik lagi ke jakarta. Dan setiap gue inget kejadian itu, dikepala gue terselip sebuah kalimat, Surprisingly, the friend who takes you into his arms and cries when you cry, turns out to be the love you never knew you wanted. 
The last time I saw him was on May 2009, we spent 6 hours together. And what he talked about was, the purple roses and what if things were meant to be? As a purple roses means, the beginning of true feeling, it was our first too. I watch loves slip through my hands for many times,  but it was unexpected that for the very first time, that through years, we must wash our brain to let this one go.

Kezia Mamoto

ps. sorry, ternyata gelas yang kamu jaga itu sudah retak duluan. "Love is blind, I'll take you as you are".
In memory at Pizza Hut BlokM '2001

Friday, September 24, 2010

Daun dan Kolam

Hari itu hujan turun setengah deras, setengah gerimis. aku berdiri didepan jendela. aku memperhatikan setiap tetes air yang menetes diatas daun-daun diatas pohon dan air yang menetes diatas kolam.

Beberapa hari kemarin panas matahari tidak memberi ampun pada yang membutuhkan hujan, atau setidaknya air untuk membasahi permukaan bumi yang mendidih. baik siang maupun malam cuaca lembab dan gersang. hari-hari panen bagi tukang es buah dan es puter yang hanya perlu berkeliling tak sampai seharian. namun juga hari-hari yang melelahkan bagi kipas angin yang dipaksa berputar terus menerus. ketika awan membuka sela-selanya dan menurunkan hujan pada hari itu, aku seperti mendengar sorak-sorak dari dedaunan dan pohon-pohon. suara-suara orang mendengkur dibalik kenyamanan cuaca juga tak kalah serunya. seperti ada pesta penyambutan. suasana gembira yang entah akan bertahan berapa lama. aku juga senang karna aku sendiri juga kepanasan.

Ketika tetes-tetes air hujan menghampiri dedaunan dan kolam, keduanya menyambut gembira. setiap tetes seakan begitu berharga bagi mereka. rintikan yang menetes dipermukaan kolam, menimbulkan riak, berpadu dengan rintikan yang menetes pada permukaan daun menjadi pemandangan yang menenangkan bagi mereka yang menikmatinya.

Kemudian aku berpikir perihal daun dan kolam. jika dilihat dari segi keindahan, perpaduan itu memang merupakan sesuatu yang indah, begitu juga jika dinikmati sendiri-sendiri. namun jika dilihat dari segi kebutuhan, apakah daun dan kolam membutuhkan hal yang sama yaitu air hujan?

Mungkin sebenarnya sama-sama membutuhkan, namun untuk tujuan yang berbeda. daun dan pohon membutuhkan air untuk tetap hidup. sedangkan kolam membutuhkan air untuk tetap indah. hidup dan keindahan, mana yang lebih penting? mereka berdampingan namun terkadang tak bisa menentukan mana yang utama. hidup tanpa keindahan sangat membosankan namun keindahan tanpa hidup adalah mati.

Daun dan pohon tidak bisa menghasilkan air itu dari dirinya sendiri, ia hanya mampu menerima. setelah menerima kemudian ia akan hidup dan menghasilkan sesuatu yang lain, oksigen misalnya. kolam tidak bisa menghasilkan air namun bukanlah kolam yang indah jika tidak ada airnya. ia hanya menerima dan menampung apa yang sudah ia terima. apa faedahnya bagi yang hanya menampung dibanding yang menerima untuk tetap hidup? jika dalam satu minggu kolam tidak diisi air, ia akan tetap memiliki air. lain halnya dengan daun, ia akan mati jika dalam satu minggu ia kekurangan air.

Cinta tak ubahnya dengan daun dan kolam. apa faedahnya cinta bagi mereka yang sudah memilikinya? hanya akan membuat hidup mereka lebih indah. lain halnya dengan mereka yang tidak memiliki cinta, mereka akan mati karna kekurangan cinta. menerima dan menampung berbeda dengan menerima untuk tetap hidup. begitu juga dengan cinta. cinta yang ditampung hanya menghasilkan keindahan bagi yang menerima namun cinta yang diberi untuk tetap hidup akan menghasilkan sesuatu yang lain dan berujung pada keindahan. sayangnya, terlalu banyak cinta akan binasa.

Kezia Mamoto

jiwa manusia ada untuk.....

Hubungan antar manusia itu mungkin sebetulnya hanya khayalan jiwa kita, bukan milik kita sendiri. Karena itu tidak mungkin manusia yang satu mengerti jiwa yang lain...
Dan bila khayalan itu menyakitkan, lebih baik sejak awal tak usah kita harapkan. Bila tak mau menderita, sejak awal kita tak usah punya sesuatu yang kita cintai. Tak usah mencintai, berharap atau merasakannya. Dan juga tidak usah mengharapkan apa-apa dari hidup kita yang sekarang ini.
Namun,...
Karena itu jiwa kita akan kehilangan arah, akhirnya hanya akan membawa kita ke dunia kegilaan. Untuk mencegah jiwa kita memasuki dunia kegilaan itulah kita harus merasakan kekecewaan, penderitaan, mencintai dan berharap...
Jadi jiwa manusia itu ada tujuannya untuk merasakan penderitaan.

-Jendela Orpheus

Monday, September 20, 2010

so a-muse-ing....

Seorang penulis buku cerita anak bernama Chris Van Allsburg pernah berkata, "At first, I see pictures of a story in my mind. Then creating the story comes from asking questions of myself. I guess you might call it the 'what if - what then' approach to writing and illustration." Allsburg ini yang bikin cerita terkenal, Jumanji dan The Pollar Express, yang juga dibikin motion picturenya. Inspirasi Allsburg ketika membuat cerita Jumanji datang saat ia melihat sebuah kamar dan mulai membayangkan, gimana jadinya klo kamar ini dipenuhi binatang-binatang liar?
Yuph, sesimple itu cara kerja muse. Sebelum sebuah karya seni dinikmati orang lain, ada proses penciptaan, dan sebelum proses penciptaan, ada yang namanya muse atau yang dikenal sebagai sumber inspirasi. Setiap pekerja seni punya muse sendiri-sendiri. Gue, dengan ke-pede an ekstrim, juga menyebut diri gue seorang penyuka seni dan seni yang gue sukai adalah menulis. Waktu itu tulisan gue terbatas hanya berupa puisi anak sekolah, majalah dinding, PR mengarang, surat cinta dan contekan ujian. Waktu SMP gue mencoba mencintai seni lainnya, yaitu menjahit, tapi akhirnya gue menyerah pada kenyataan bahwa setelah 26 tahun, macam tusuk yang gue kenal cuma tusuk sate dan tusuk konde, which is, nggak ada hubungannya sama sekali.
Tahun 2001 gue berjumpa dengan muse gue. Seorang sahabat menghadiahi gue sebuah cerita yang meninggalkan jejak permanen dikepala gue. Sejak hari itu benda ciptaan Tuhan yang paling gue cintai adalah sebuah benda langit yang kita kenal sebagai, Bintang.  Walaupun masih berstatus penulis gadungan, tapi gue tetap bersyukur bahwa Tuhan menciptakan bintang itu untuk gue ikuti kemana arahnya. Seperti yang dibilang Allsburg, "Following my muse has worked out pretty well so far. I can't see any reason to change the formula now."
Eniwei, gue menulis ulang cerita ini sebagaimana aslinya, dan gue tujukan kepada penulis aslinya. Ai lop yu...

My Friend Like A Star

Si Vano suka banget ngeliatin si Kiki. Buat Vano, Kiki itu cantik, baik hati juga pinter. Selain itu Kiki juga cewek supel yang enggak pernah milih-milih dalam berteman. Makanya, enggak heran donk, klo Kiki punya banyak temen yang sayang sama cewek mungil yang emang cantik itu. Cuma selama ini Vano Cuma bisa jadi pengagum gelapnya Kiki. Vano pengen banget bisa deket sama Kiki, cewek kayak si Kiki, emang pantes jadi idola. Cuma Vano bingung gimana caranya supaya bisa ngedeketin Kiki. Abis Vano denger dari temen-temen cowoknya kalo Kiki itu type cewek cool untuk dideketin cowok. Motivasi Vano sendiri ngedeketin Kiki ya pengen aja jadi sobatnya Kiki. Buat Vano, Kiki bakal asyik buat dijadiin sahabat. Tapi gimana caranya yach?

Setelah lama dipikir-pikir, akhirnya Vano dapet  ide. Untuk bisa ngedeketin Kiki ternyata enggak susah kok. Dengan bersikap baik dan wajar ke Kiki, Vano yakin kalo dia bisa deket sama Kiki. Dan mulailah Vano bersikap apa adanya ke Kiki. Mulai negor Kiki kalo berpapasan di kantin atau minjemin catatan kimianya, ketika Kiki butuh Vano untuk melakukan sesuatu, Vano pasti berusaha melakukan dengan sukacita. Dan ternyata Kiki punya respon balik ke Vano. Sekarang Vano udah enggak usah repot-repot lagi nawarin catatannya ke Kiki karena dengan sendirinya Kiki akan memintanya ke Vano.

Bahkan hampir tiap malam Kiki ngebel ke rumah Vano untuk nanya ini itu seputar tugas sekolah. Keduanya makin bertambah akrab setelah mereka masuk dalam kegiatan ekstrakulikuler yang sama. Dan obrolan diantara merekapun makin berkembang. Dari obrolan seputar kegiatan sekolah sampai-sampai mereka berdua udah enggak canggung lagi saling curhat kalo lagi bt. Kedekatan mereka emang bisa bikin jealous yang ngeliat, terutama cowok-cowok yang gagal pdkt ke Kiki. Mereka pada penasaran apa sih yang dilakukan Vano sama Kiki? Kok kayanya Kiki lengket banget sama si Vano? Mau tau enggak sih apa yang bikin Kiki suka banget ada dideketnya Vano?

Karena Vano selalu bersikap wajar dan apa adanya ke Kiki. Didepan Kiki, Vano enggak pernah tuh bersikap sok manis atau jaim. Biasa aja, kalau Kiki tampil cantik bilang cantik, bagus dibilang bagus, kalo jelek ya dibilang jelek. Vano juga enggak pernah bersikap sok care ke Kiki dengan nelponin Kiki tiga kali sehari trus nanya, udah makan belum Ki? Vano yakin banget kalo caranya gitu Kiki bakal kasih tampang jutek trus enggak mau deket-deket sama Vano lagi. Apa yang Vano lakukan buat Kiki cukup hal-hal biasa yang mungkin terkesan sederhana tapi disertai ketulusan hati. Kalo Kiki salah, Vano selalu ngingetin sahabatnya plus ngasih tau dimana letak kesalahannya. Vano juga enggak pernah jealous en ngelarang Kiki untuk deket sama temen-temen cowoknya. Vano selalu membiarkan dan mendukung Kiki untuk berkembang dalam kehidupannya dan menjadi dirinya sendiri.

Hal-hal sederhana seperti itulah yang membuat Kiki ngerasa aman dan nyaman berada didepan Vano. Buat Kiki, Vano bener-bener special banget.

Suatu malam, Kiki merenung sambil memandang foto yang ada dihadapannya. Foto Kiki dan Vano waktu mereka tengah liburan bersama teman-teman sekelasnya. Enggak terasa hamper tiga tahun mereka bersahabat. Suka dan duka udah dijalani sama-sama. Banyak kenangan manis yang Kiki lalui bersama Vano yang pasti enggak akan pernah bisa ditukar oleh apapun yang ada didunia ini. Kenangan manis yang akan terus tergurat indah dalam hati Kiki. Sebenarnya bisa aja sich mereka jadian alias pacaran, tapi apa bisa seasyik ini??

Sementara ditempat yang berbeda, Vano tengah mengamati bintang-bintang yang tengah kelap-kelip dilangit, sambil mengagumi keindahan bintang, tiba-tiba Vano mikir, asyik banget yach kalau dia bisa meraih salah satu bintang yang ada trus ditaruh deh dalam kamarnya. Dengan gitu khan Vano enggak usah repot-repot masang lampu dikamarnya! Khan udah ada bintang? Tapi mana mungkin dia bisa meraih bintang? Bintang  Cuma bisa dilihat, dipandangi dan dikagumi. Untuk dimiliki, enggak mungkin! Pada saat sedang memandang bintang, tiba-tiba Vano jadi inget Kiki. Buat Vano, Kiki itu kaya bintang. Kecil namun indah. Seperti bintang yang selalu menemani dan menyinari kala malam tiba, begitu juga Kiki yang selalu menyinari hari-hari Vano. Walau mungkin enggak pernah bisa diraih untuk dimiliki, Vano tetap selalu yakin, dimana letak sahabatnya, yaitu dalam hatinya.

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

By : Blue.flowers, 28401

In memory from1999 til now. Such a wonderful time we had together, sis. Through time and years, keep you in my life, always have and always will.

Kezia Mamoto

Sunday, September 19, 2010

The Hillside Strangler

Diantara bulan oktober 1977 dan Februari 1978, the Hillside Stranglers, yang terkenal kejahatannya, telah memperkosa, menyiksa dan mencekik hingga mati beberapa wanita muda. Ternyata bahwa sebetulnya ada dua orang anggota Hillside Stranglers- Kenneth Bianchi (Ken), berumur 26 tahun, dan Angelo Buono, saudara sepupunya yang berumur 46 tahun. Setelah bisa lolos dari polisi selama 2 tahun, akhirnya pembunuh terhenti, setelah Bianchi, yang pindah ke Bellingham, Washington, membunuh dua wanita dan kemudian ditahan. Ketika polisi memeriksa SIM Bianchi, ternyata bahwa dia juga terlibat dengan pembunuhan2 di Los Angeles. Berdasarkan pengungkapan peristiwa tadi, polisi menemukan Angelo Buono. The Hillside Stranglers ditangkap.

Dalam hal ini, perhatian kita tertuju pada penuntutan terhadap Bianchi. Ia seorang pemuda yang cerdas dan pandai berbicara dan sama sekali tidak mirip seorang pembunuh yang telah melakukan kejahatan berkali2. para penuntutnya yakin bahwa Ken bersalah, dan andaikata demikian, maka timbulah pertanyaan mengapa ia lakukan pembunuhan itu. Kepada Dean Brett, pengacaranya yang ditunjuk oleh pengadilan, Ken menyatakan bahwa ia sama sekali tidak ingat apa2 tentang hari tanggal 11 jamuari 1977 (malam ketika dua wanita di Washington terbunuh). Dia kelihatan begitu putus asa karena tidak ingat apa2, sehingga ia mempertimbangkan untuk bunuh diri. Pengadilan khawatir akan rencana bunuh diri ini, dan mereka menyuruh datang seorang dokter jiwa untuk memeriksa Ken Bianchi. Berhubung Bianchi tetap menyatakan bahwa ia tidak ingat apa2, dokter jiwa tadi ragu2 apakah Bianchi penderita multiple personality. Dokter jiwa itu memberitahukan keraguan/kecurigaannya kapada pengacara Bianchi dan menyebutkan kasus Bianchi.

Sungguhpun Bianchi tidak memiliki pendidikan formal dalam bidang ilmu jiwa. Dia telah banyak membaca buku mengenai soal itu dan ia membayangkan dirinya sebagai seorang ilmu jiwa dengan harapan untuk menarik korban2 yang tidak curiga. Dia juga sudah membaca tentang orang yang memiliki kepribadian ganda dan berkhayal bahwa cara satu2nya untuk menghindari kursi listrik adalah berpura2 menjadi seorang yang berkrpribadian ganda. Dua malam sebelum ia dijadwalkan untuk bertemu dokter forensic jiwa, Bianchi menonton tv, secar kebetulan ia melihat film “sybil” yang menceritakan orang berkepribadian ganda. Dia dengan sungguh2 menekuni seluruh cerita sambil membuat catatan bagaimana sybil dianiaya semasa kecilnya, betapa seringnya ia bermimpi buruk dan yang paling penting bagaimana sybil berperilaku sebagai orang berpribadi ganda, cara ia bersuara dan bertindak.

Ternyata bahwa dokter jiwa forensic yang mewawancarai Bianchi dua hari kemudian tidak menanyakan tentang kepribadian ganda. Dokter itu sebetulnya berpendapat bahwa  kemungkinan adanya pribadi ganda harus diperiksa oleh pakar kepribadian ganda. Tim pembela menunjuk Dr. John.G. Watkins, seorang ahli ilmu jiwa dari univ. Montana dan seorang pengarang terkenal menenai kepribadian ganda. Ketika Bianchi akhirnya diwawancarai Dr.Watkins, ia telah siap untuk bersandiwara. Bianchi berpura2 bahwa ia telah terpengaruh hipnotis, dan bercerita bahwa ia bukanlah Ken Bianchi, tetapi Steve, seorang pembunuh. Steve membenci wanita, steve membenci ibunya. Bianchi berhasil meyakinkan Dr.Watkins, sehingga Dr.Watkins menyarankan kepada pengacaranya supaya mengajukan permohonan tidak bersalah karena Ken dianggap tidak sehat mentalnya.

Berhubung pengadilan sekarang berpihak pada permohanan ketidak warasan mental Bianchi, peradilan memanggil seorang pakar lain . Dr. Ralph B Allison, seorang ahli jiwa dari Davis, California. Di depan Dr. Allison penampilan Bianchi lebih meyakinkan lagi karena dia telah menambah buku bacaannya. Untuk memperkuat bukti bahwa Ken tidak waras, Dr. Watson menjalankan test Rorschach pada Ken dan pada “Steve”. Sementara Ken melihat orang2 yang sedang menari atau seekor kupu2, Steve melihat dua ekor gajah atau sebuah adegan aborsi,dsbnya. Hasil tes itu dikirim kedokter ahli jiwa lainnya. Seseorang yang sama sekali tidak mengetahui tentang kasus ini,Ken dinilai hampir normal, sedangkan steve dianggap sebagai orang yang sakit. Dokter itu telah bekerja selama 40 tahun, dan belum pernah menemukan pribadi seperti Steve. Menurut dia, steve mungkin sekali seorang pemerkosa dan pembunuh. Sekarang Dr.Watson dan Dr.Allison lebih yakin: Ken Bianchi seorang pribadi ganda dan tidak bisa diminta pertanggung jawab atas pembunuhan2.

Karena takut kasus ini sampai terlepas, tim penuntut memanggil pakar mereka sendiri, Dr.Martin Orne. Dia dianggap pakar dunia dibidang ilmu hypnosis dan telah mengembangkan berbagai cara untuk memastikan apakah seseorang berpura2 dibawah pengaruh hypnosis. Logika daripada cara2 ini ialah untuk mengarahkan Bianchi supaya berperilaku tidak konsisten dengan hypnosis yang sebetulnya. Umpamanya Dr.Orne meminta Bianchi untuk membayangkan bahwa ada orang lain dikamar bersama meraka. Lalu pada suatu saat, Bianchi harus berjabat tangan dengan dia. Tidak pernah ada seorang yang dibawah pengaruh hypnosis berjabat tangan dengan orang yang ada dalam khayalan. Hal2 tidak konsisten seperti ini menjadi bukti untuk Dr.Orne bahwa Bianchi telah berpura2 waktu ia dihipnosis. Pernyataan itu sendiri tidak membuktikan bahwa Bianchi berpura2 memiliki kepribadian ganda. Dr.Orne menyarankan kepada Bianchi untuk menanyakan diagnosa pribadi ganda, karena dalam kebanyakan kasus seperti ini, yang terlibat biasanya lebih dari dua kepribadian. Bisa dipastikan bahwa dalam pertemuan berikutnya dengan Dr.Orne, Ken Bianchi memperkenalkan “Billy”, seorang kanak2 yang pemalu.

Akhirnya Ken Bianchi mengakui bahwa tindakannya selama ini adalah penipuan. ia sadar bahwa nasibnya sekarang tidak beruntung dan ia menerima tawaran permohonan supaya dia mengakui salah dalam kasus2 pembunuhan yang dilakukannya untuk menjadi saksi negara terhadap Angelo Buono. Sebagai imbalannya, Ken Bianchi tidak akan dihukum mati, berdasarkan sebagian atas kesaksian Ken Bianchi, Bouno dihukum. Kasus “Hillside Stranglers” telah diungkap dan diselesaikan.
...

Source : Makalah Masalah-masalah Sosial, Universitas Indonesia. Program Pasca Sarjana Ilmu Kepolisian. '2004.

Dipost sebelumnya, gue ada review sedikit tentang Multiple Personality Disorder (MPD), sekarang dikenal sebagai Dissociative Personality Disorder (DID), atau Kepribadian Ganda.
Gue sengaja nge-post kasus ini karena waktu gue baca makalah ini, dikoleksi buku-buku om gue, gue nggak berhenti berpikir tentang satu hal, seberapa pemahaman orang Indonesia tentang MPD sementara istilah 'kerasukan' lebih dipahami dan diterima masyarakat.
Baca juga ini, http://www.mediaindonesia.com/read/2010/04/04/134443/7/5/Tersangka-Miliki-Kepribadian-Ganda.
Gue sengaja nggak ngebahas berita ini karena belum ada keputusan akhir. Kasus Maisy Nathania yang belum selesai diperiksa, sejak kejadian penusukan dibulan Maret 2010.  Ikutin beritanya disini : http://search.detik.com/index.php?fa=detik.search&hitsPerPage=10&query=maisy&sortby=time&start=0&site=&kanal=&location=&fromdate=&todate= Gue penasaran pengen tunggu hasilnya.

Kezia Mamoto

The Greatest Letter

Back in the month of April til May '2002, I received few letters. Sent by the greatest person I've ever met. This person never realize what he wrote was actually the greatest letter I've ever received. This person never realize that, for the very first time I believe that 'loving someone unselfishly' does exist and it matters. I kept this letters just the way it was folded and handed to me, as a tribute to a person who was able to just loving without wanted to loved back.


What I Don't Have and Do Have...

I don't have...
  a face as handsome as Stephen Gately to be proud of...,
  a cell phone so I can send you sms or 'missed call' you anytime you want...,
  a car that I might be able to take you to any places...,
  a funky outfit as cool as you can imagine..., and
  a glorious voice as great as Ronan Keating, so I can sing a lullaby for you...,

But I do have...,
  a heart that loves you undividedly and unselfisly,
     without hoping for payback ...,
  ears to listen to your problems and hectic life ...,
  eyes that always adore your beauty ...,
  a mouth that keeps on encouraging you day by day,
     and saying how much you mean to me ...,
  arms to protect you and hold you when you're affraid,
  feet and knees to follow your steps and stand still to wait for you,
    also to bow down before God when I pray for you ...,
  a brain of knowlegde collection that you can use as your own private library..., and
  shoulders that you can cry on whenever you feel sad....

                                                                            

As I found this letter that, actually, writen with purple ink, outside was rain, and the water droped on the paper. I felt a pinch in my chest as I was watching the ink faded. Maybe that was it. Let the rain washed your footstep.

Is the love I gave her in the past, gonna be enough to last, if tomorrow never comes?
(Ronan Keating - If Tommorow Never Comes)



Kezia Mamoto

ps. You can take off my glasses.

Saturday, September 18, 2010

Kezia's Reviews - Objek Penderita : Buku.



Setiap orang pasti punya buku-buku favorit. Setiap orang pernah baca buku yang nggak bisa hilang dari long-term-memory mereka, sekalipun sudah lewat bertahun-tahun. Dari kecil hidup gue dikelilingi buku, macem-macem jenisnya. Buku pelajaran, komik koleksi gue, kakak gue dan adik gue, buku resep nyokap, novel koleksi bokap, buku diary pembantu gue, buku pinjeman yang akhirnya nggak dibalikin, sampe buku-buku yang masih diplastikin karena kelupaan dibaca. Dan diantara semua buku-buku itu, gue sukanya baca buku cerita. gue pernah mencoba baca buku yang lebih berbobot yaitu kamus, hasilnya gue ngiler diatas lembaran kamus itu hingga tulisannya agak buram. Akhirnya gue balik baca buku yang, at least, gue baca ampe halaman terakhir yaitu buku yang bercerita. Hari ini gue mau laporan dikit tentang beberapa cerita favorit gue. Top Five Story Books....and the count down begin!

5. Harry Potter

Tujuh seri petualangan Harry Potter ini udah gue baca tujuh kali, tujuh-tujuhnya dan nggak bosen-bosen.  Buku yang ditulis sama J.K Rowling ini dirilis tahun 1997 di Inggris. Mulai dibuat film oleh Warner Bros dan ditayangkan perdana tahun 2001. Lika liku Harry Potter memang sempat mengundang berbagai kontroversi, mulai dari kontoversi pengaruh budaya, lingkungan hidup sampai yang terakhir beritanya naskah jilid terakhir sempat dibajak hacker sebelum sepat dilirilis. Buat gue, bacaan ini seger banget. Ibarat jeruk makan jeruk, nggak cocok dicampur duren. Cerita Harry Potter, Lord Voldemort, para Muggles dan sekolah Hogwards ini hanya bisa dinikmati jika kita bermain dialam imajinasi, dan mengalir dalam ide-idenya. Penangkapan imajinasi murni yang nggak dicampur logika. Abis ini gue mau baca untuk yang ke delapan kalinya.

4. The Dave Peltzer Trilogy : A Child Called 'it', The Lost Boy dan A Man Named Dave


Buku yang diangkat dari kisah nyata ini bercerita tentang child abuse atau penganiayaan anak yang dialami oleh Dave Peltzer yang dilakukan oleh ibu kandungnya. Penganiayaan ini berakhir tanggal 5 maret 1973 dan kasus ini dicatat sebagai kasus penganiayaan terburuk dalam sejarah diwilayah California. Setelah 12 tahun hidup dalam penyiksaan ibunya yang adalah seorang alkoholik, ia berhasil diselamatkan oleh dinas sosial tetapi penyelamatan itu tidak berarti ia sudah lepas dari berbagai kesulitan. Perjalanannya setelah keluar dari rumah juga tidak mudah, ia harus tinggal berpindah-pindah rumah penampungan (foster home), sulitnya hidup dalam bayang-bayang masa lalu dan perjuangannya memulihkan gambar diri yang pernah rusak. Trilogi ini bukan hanya memaparkan buruknya perlakuan yang diterima Dave tetapi juga tentang keberanian, kemenangan dan yang paling penting adalah kekuatan untuk memaafkan. " Rest in peace. May God Almighty grant you both eternal peace. Amen" (A Man Named Dave, page 312)

3. Sybil

Buku yang bercerita tentang kisah nyata seorang gadis bernama Sybil Isabel Dorsett dengan 16 kepribadian ini ditulis oleh Flora Rheta Schreiber dan diterbitkan pada tahun 1973, di Indonesia tahun 1982. Filmnya juga ada, diputer tahun 1976, yang main Sally Field. Gue sendiri untung-untungan dapet filmnya saking jadulnya. Satu tubuh dengan 16 kepribadian hasil, lagi-lagi, child abuse yang diderita Sybil yang, lagi-lagi, dilakukan oleh ibunya sangat memukau. Penulisan buku ini diambil dari sudut pandang para "alter ego" dan Sybil sendiri, juga seorang dokter yang menangani kasus ini. 11 tahun menjalani terapi Psikoanalisa, berdasar teori Freud dan hipnotis bersama Dr. Cornelia Wilbur, Sybil berusaha menyatukan 16 alter egonya menjadi satu pribadi, yaitu Sybil. Kasus yang terjadi di Dodge, Minnesota ini emang udah lama berlalu, tapi penelitian dan kasus tentang kepribadian ganda atau multiple personality disorder (MPD) nggak selesai sampai disini. Sejak diterbitkannya buku ini, beberapa kasus mulai terungkap. seperti, yang lebih jadul itu The Three Faces Of Eve tahun 1957, Billy Milligan yang baru-baru ini nongol dan lain-lain. Dalam American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), nama MPD sendiri berubah-ubah sejak dimasukan dalam sebuah kategori oleh DSM-II, di DSM-III digroup-kan sebagai Dissociative Disorder (DD) dan yang terakhir di DSM-IV dikategorikan sebagai Dissociative Identity Disorder (DID). Penanganan atau terapinya sendiri dilakukan dengan bermacam-macam pendekatan, mulai dari Psikoanalisa yang dilakukan Dr. Wilbur, Hipnotis, Behaviour, disertai obat-obat anti depresi, dll. Penyebab MPD ini masih terus diteliti seiring dengan bertambahnya kasus MPD yang muncul. Kasus ini nggak gampang dimengerti oleh orang awam, gue sendiri sering ngalamin bertemu oleh beberapa orang yang hanya selentingan mendengar istilah Kepribadian Ganda, mereka berkata dengan pe-de, "kayaknya gue menderita kepribadian ganda! Suer!" padahal masalahnya abis berantem sama pacar. Cuabee deeh!!

2. Love Story by Erich Segal

Buku yang ditulis oleh Erich Segal tahun 1970 ini tipis, kecil dan ringan, cuma 144 halaman versi aslinya. Berlatar belakang tahun 1960-an, kisah cinta dua mahasiswa yang berakhir sedih ini membuat gue kena blues syndrome yang bertahan berbulan-bulan. Buku ini gue baca jaman kuliah, itu juga boleh minjem sih.
Ceritanya simple. Cowok ketemu cewek - jatuh cinta - cinta beda kasta itu ditentang orang tua- kabur- berusaha hidup mandiri tapi kemudian istrinya sakit, terakhir istrinya meninggal. Sedih. Cerita seperti ini kedengaran similar dengan cerita Romeo and Juliet, Layla Majnun dan Siti Nurbaya. Bedanya nggak ada Datuk Maringgih disini. Kejauhan. Keistimewaan buku ini justru karena kesederhanaannya. Kadang kita suka terlena dengan cerita yang berat-berat, *gajah kali, berat.. dooh!,  tapi suka lupa kalo cerita yang sangat ringanpun kalo diceritakan dengan tata bahasa yang manis bisa jadi cerita sepanjang jaman. Buktinya buku imut ini jadi a New York Times best selling novel, dan juga dibuat filmnya yang juga meledak.  Malah si Erich Segal membuat sekuelnya berjudul Oliver's Story di tahun 1977. haaaahhhhhh....jika inget masa-masa itu... *ngelamun.

and finally...

1. Topeng Kaca

Komik karangan Suzue Miuchi ini gue koleksi dari SD. Dari jaman komik masih seharga 2.200 perak. Komik ini bercerita tentang perjalanan dua orang gadis bernama Maya Kitajima dan Ayumi Himekawa memperebutkan peran Bidadari Merah, sebuah lakon yang konon sangat sulit diperankan. Mayuko Chigusa, satu-satunya artis yang berhasil memerankan sekaligus ahli waris pementasan Bidadari Merah. Mayuko Chigusa memilih dua gadis berbakat dan membimbing mereka dengan cara-cara yang unik untuk menuju pentas Bidadari Merah. Serial Topeng Kaca ini punya beberapa sub-judul. Topeng Kaca, Topeng Kaca Syair Lidah Api, Topeng Kaca Sejuta Pelangi, Topeng Kaca Bayang-bayang Jingga, dan yang terakhir Topeng Kaca Bidadari Merah.
Alasan gue memilih buku ini sebagai juara kita hari ini adalah karena ceritanya ngegantung. Komik yang terakhir gue beli, berhenti pada saat-saat terakhir waktu Mayuko Chigusa akan memutuskan siapa yang akan memerankan Bidadari Merah. Abis itu nggak keluar lagi terusannya. Kabarnya Suzue Miuchi, sang pengarang komik keburu meinggal dunia sebelum menamatkan komik ini. Hati ini terbagi antara ingin mengutuk atau ingin berbela sungkawa tapi tidak mampu karena alasan akhlak dan tidak ingin terprovokasi gosip.
Seri ini sekarang banyak diteruskan oleh para pecinta komik jepang kedalam serial tv dengan ending yang berbeda-beda, dan terakhir sempat keluar terusannya, tapi nggak jelas siapa yang bikin dan bagaimana akhir cerita Topeng Kaca. Inilah derita pengikut fanatik, saking serunya sebuah cerita, kita selalu berdebar-debar penasaran nunggu gimana tamatnya. Bagitu penulisnya ngilang, kitanya kentang. kena tanggung. Kamfreedd !!

Sekian.

Kezia Mamoto

Friday, September 17, 2010

are you happy today?

Setiap hari sebelum jam sekolah berakhir, rutinitas gue dikelas bersama anak-anak murid adalah menghabiskan dua sampai tiga menit untuk ngobrol singkat. Isi obrolannya standar, sama seperti jaman kita sekolah dulu, yaitu petuah bijak guru kepada murid-muridnya. Besok jangan nakal ya. Jangan lupa kerjain PR. Jangan pipis dicelana, dst dst... tapi gue menyampaikannya dalam bahasa inggris sederhana. Translate sendiri. Petuah itu kadang menimbulkan kesan berbeda, tergantung intonasi dan nada dasar yang diambil. Do untuk suara malaikat dan Si untuk nada narik urat. Melotot atau senyum-senyum. tapi biasanya gue selalu mengakhiri dengan senyuman. Yang terakhir, gue selalu bertanya, "are you happy today?" dan mereka dengan antusias berlebihan dan vocabulary yang terbatas menjawab "YES!!" kemudian bocah-bocah itu lari tunggang langgang keluar kelas. Ibarat ayam lepas dari kandang. Awut-awutan.

Dan setiap hari juga gue memikirkan pertanyaan terakhir gue sambil melihat wajah-wajah imut itu. "are you happy today?".

Klo kita ketik di google dengan kata kunci 'happy' pasti muncul macem-macem. Mulai dari definisi, judul film kartun, judul buku, sampai lagunya Michael Jackson yang judulnya Happy ditahun 1973 dan berita Happy Salma mesra dengan pria bali.

Bukan itu yang gue maksud. Mengutip dari kamus, yang nemunya juga onlen, happy (adj) diartikan sbb: "enjoying or showing or marked by joy or pleasure, felicitous, glad, well expressed and to the point." Bahasa Indonesianya lebih singkat. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (n) artinya, keadaan atau perasaan senang dan tenteram, dipakai untuk menerjemahkan kata eudaimonia. Banyak buku dan artikel yang membahas topik yang satu ini, 'are you happy?' seperti yang ditulis Stanley Bronstein dan bahasan mengenai buku-buku yang berkaitan dengan happiness seperti salah satu artikel disitus The New York Reviews of Books. Dan kalau dibahas lebih lanjut tentang penelitian yang sudah dilakukan tentang kebahagiaan itu sendiri (gue menambahkan imbuhan ke- dan akhiran -an dari kata benda menjadi kata kerja) pasti akan dikaitkan dengan hubungan dan interaksi sosial, status pernikahan, pekerjaan, kesehatan, kebebasan demokrasi, optimisme, keterlibatan religius, penghasilan, serta kedekatan dengan orang-orang bahagia lain. Beberapa peneliti juga mengembangkan alat test untuk mengukur, memberi label dengan angka dan skala, misalnya dengan The Oxford Happiness Questionnaire. Disitus-situs internet juga pasti banyak ditemukan test-test semacam ini, dari yang jayus sampai yang beneran.

Dikutip dari sebuah artikel di The New York Reviews of Books, "Chances are if someone were to ask you, right now, if you were happy, you’d say you were." Lebih jauh lagi, jawaban yang diberikan akan bersifat subjektif. Seperti yang dilakukan para peneliti yang memberi batasan skala estimasi, gue pernah bertanya pada seorang teman lama yang setelah bertahun-tahun baru ketemu lagi. Gue mau membuktikan teori ini dan guepun memberi batasan. Ceritanya dia udah kawin. Beranak tiga. Bergaji besar, buktinya gue ditraktir, mesennya nambah pula dan gue nggak berani ngintip berapa deret angka nol ditagihan makan. Henpon canggih, BB Onyx, waktu itu masih baru banget. setelah basa basi sebentar, gue tanya "are you happy today?" dia jawab, "of course." Gaya. Dua jam kemudian, kita ngobrol ngalor ngidul sampe curhat-curhatan, dia cerita problemnya apa, dsb dsb....gue tanya lagi, "so, are you happy today?" dia jawab, "hmmmm...tergantung." Yak, labil.

Pertanyaan "are you happy?" emang bersifat universal. Malah ada yang bilang "..there was a concept that sounds 'fuzzy'..". Gue pernah punya seorang murid. Anak ini sudah berumur 4 tahun dan sudah bisa bicara jelas. Tiap hari kalo gue tanya pertanyaan itu, "are you happy today?" jawabannya beda-beda. Kadang yes kadang no. Bukan karena dia labil tapi karena dia yakin dan jujur. Dia nggak suka gue marahin makanya dia bilang no. Dia seneng karena boleh bawa mobil-mobilan kekelas makanya dia bilang yes. Polos. Simple. Konsepnya jelas.

Kembali teringat sama anak-anak murid gue yang setiap hari menjawab "Yes!" dengan lantang, gue berpikir. Apakah jawaban itu sudah terekam dalam otak mereka, seperti jawaban yang dihafalkan layaknya belajar ilmu pasti, 1+1=2 atau hanya sekedar 'virtue ethic' yang berbasis moral sebagai dasar cara berpikir etis atau malah cuma copas dari temennya atau memang jujur?

Saking hebohnya pertanyaan ini, maka gue memutuskan jawaban yang pas buat pertanyaan ini ketika kita mengerti dulu artinya. Karena ketika kita mengerti, kita bisa puas menjawab. Apapun alasan dan motifnya, itu urusan belakangan. What happen today is today's bussiness. If you mix-up with yesterday's problem, it can be very confusing. But the beauty of it, is that you can sum-up the answer only with one acclamation word. Yes or No.  If you are happy today, say it. If you're not happy today, say it. No harm done.

Kezia Mamoto


http://www.nybooks.com/articles/archives/2008/apr/03/are-you-happy/
http://en.wikipedia.org/wiki/Happiness
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=bahagia&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel

Wednesday, September 15, 2010

A Brother, A Friend And A Name To Remember


Tadi pagi beberapa temen mengirimi broadcast message via bbm. Mereka ngucapin happy friendship day, lengkap dengan icon love-love dan emoticon kiss kiss dengan kata-kata yang oohh so sweet . Sama halnya dengan difacebook. Ada beberapa orang ngasih status tentang friendship day.  Komennya standar, jempol aja. Well, kayanya ada sedikit kebingungan yang bisa dimaklumi disini. Kalender kita nggak pernah nyebut tentang hari persahabatan. Gue tau karena gue adalah pengamat kalender. Setiap liat kalender yang gue liat tanggal merahnya,  *sakau liburan!! dan kapan jadwal gue gajian.

Hari persahabatan internasional sendiri ada dihari Minggu pertama dibulan agustus. Dinyatakan oleh Kongres Amerika Serikat tahun 1935 yang didedikasikan sebagai hari untuk menghormati pertemanan di amerika serikat. Hari persahabatan ini sukses diadaptasi diberbagai Negara dan diwujudkan dengan lagu-lagu dan film-film yang dipertontonkan pada hari persahabatan. Contohnya 3 Idiots, versi bollywood yang artisnya Aamir Khan, R. Madhavan dan Sharman Joshi, yang diputar di India bulan agustus kemarin.  Pada tahun 1977, dewan PBB merujuk tokoh kartun Winnie The Pooh sebagai dunia  Duta Besar Persahabatan. Dikepala gue ada bayangan beruang nggak pake celana dan temannya si Christhoper Robin berkampanye didampingi para duta besar lainnya yang pada pake jas hitam keren-keren. Nggak singkron.

Anyway, akibat kesalahpahaman ini gue jadi teringat sama sebuah cerita. Lagi-lagi kita kembali ke jaman SMA. Waktu itu tahun 1999 dan gue baru masuk kelas 1 SMA. Gue masuk ke kelas baru, gue duduk manis sambil dengerin satu persatu nama temen-temen sekelas gue disebut sama wali kelas gue. Ada satu nama temen sekelas gue yang bikin gue mendadak dimensia. Nama yang disebut wali kelas gue sama dengan nama almarhum adik gue. Gue nengok kepemilik nama itu yang ternyata adalah seorang cowok berbadan pendek dan kecil. Saking penasarannya, gue kenalan langsung sama dia waktu istirahat. Gue cerita sama dia soal kesamaan nama mereka. Sejak tahun 1994 adik gue meninggal, gue nggak pernah ketemu sama orang yang punya nama sama dengan adik gue. Mungkin dimata dia gue keliatan sebagai cewek aneh yang rada mistis. Tapi dia juga nggak keberatan dipanggil dengan sebutan Ade oleh gue. 

Kelas kita ngumpet dibalik pohon
Si Ade dan adik kandung gue murni cuma sama namanya doank. Wujudnya sih nggak. Kalo fisiknya sama justru kita langsung nuntut penjelasan sama orang tua kita, lengkap dengan bukti akte kelahiran, “sebenarnya aku anak siapa??” jadilah sinetron yang menggantikan Cinta Fitri. Walaupun cuma sama nama, kehadiran dia cukup mengobati kerinduan gue sama adik kandung gue. Kalo manggil namanya sama dengan manggil nama adik gue. Kalo lagi ngobrol sama dia, gue ngebayangin “mungkin adik gue akan jadi sebesar ini.” Klo lagi ngerjain PR bareng, gue berdoa “Tuhan, klo adik gue masih hidup, beri dia kepintaran yang lebih daripada yang satu ini.”

Selama tiga tahun gue di SMA, gue dan Ade nggak pernah pisah kelas, jadi kita nggak pernah canggung walaupun kita berdua beda tongkrongan. Gue nongkrong sama anak persekutuan doa, dia nongkrong di tukang ketoprak. Nggak pernah terlintas romansa ala SMA. Gue suka-sukaan sama kakak kelas, dia suka-sukaan sama cewek sekelas. Gue ganti suka-sukaan sama anak kuliahan, dia tetep masih suka-sukaan sama cewek sekelas, nggak maju-maju. Cuma satu yang mengikat gue sama dia, sebuah nama. Dan nama itu cuma milik kita berdua. Sesederhana itu pertemanan kita tapi hanya dengan menyebut nama itu, langsung teringat pada orang yang sama.

Sampai hari ini pertemanan platonic gue sama dia udah berjalan  11 tahun. Sekarang panggilan kita jadi Ade dan Sis. 11 tahun kita berjalan dijalan yang berbeda arah dan selalu ada yang menghubungkan kembali gue sama dia hingga pertemanan kita nggak pernah bener-bener putus. Indahnya berteman dengan dia adalah gue seperti mendapat satu paket. Seorang adik sekaligus seorang teman. Seorang adik dan seorang teman yang nggak pernah menghakimi. ….and as our live changes from whatever. We will still be friends forever.

“if there ever comes a day we can't be together keep me in your heart. I'll stay there forever.” Winnie The Pooh


Kezia Mamoto

ps. hari ini Ade ulang tahun. gue kasih ucapan selamat dulu ya...