Thursday, October 7, 2010
Dikamar Melati ada banyak barang dan berbagai pernak-pernik. Melati senang mengumpulkan boneka, berbagai keramik pajangan, ornamen klasik, kotak musik dan mainan berbentuk figurine manusia. Melati memperlakukan semua benda dikamarnya sebagai temannya hingga ia sangat senang membersihkan dan terkadang mengajak mereka bicara ketika membelai benda-benda itu satu persatu, bahkan kadang Melati suka bernyanyi untuk mereka. Melati selalu melihat teman-temannya dengan penuh rasa puas dan penuh kasih sayang.
Melati tidak menyadari rasa cintanya untuk benda-benda itu membuat kamarnya menjadi sebuah dunia yang nyaman untuk ditinggali. Sebuah dunia yang nyata. Ia tidak menyadari semua benda dikamarnya bernafas seirama dengan nafasnya, berbicara dengan bahasa yang tidak dimengertinya dan ketika ia tertidur, mereka yang berbalik memperhatikannya dalam kegelapan dari cahaya bulan yang menembus sela-sela korden jendela.
Pada hari minggu siang Melati membawa sebuah kotak kecil kekamarnya. Dari wajahnya terlihat bahwa Melati bersemangat sekali ketika membuka kotak kecil itu. Disamping kotak itu terbaca sebuah tulisan dengan tinta merah, Fragile! Handle With Care, yang kemudian diabaikan oleh Melati. Ia terlalu antusias menyambut anggota baru yang akan menghuni kamarnya. Tanpa sepengetahuan Melati, sebagian penghuni kamar yang tidak tertidur ikut mengintip apa yang dilakukan Melati dengan kotak itu. Sesaat kemudian rasa penasaran mereka terjawab. Sebuah kotak musik kayu yang muncul dari kotak kecil itu. Cantik sekali. Melati girang bukan main. Ketika ia membuka kotak musik itu, muncul seorang balerina yang menarikan solo Giselle dengan iringan piano dari Adolphe Adam. Lincah mengelilingi permukaan datar bagai menari diatas panggung pertunjukan. Wajah Melati makin berseri melihat keindahan itu. Bukan hanya Melati yang senang, sebagain penghuni kamarnya ikut senang. Alunan musik membuat kamar Melati makin berseri.
Malam harinya, ketika Melati hendak tidur, ia memutar kotak musik itu untuk menghantarnya kealam mimpi. Melati memutar kenop kotak musik itu sampai akhir dan menaruhnya dipinggir tempat tidur kemudian ia menutup kedua matanya. Lagi-lagi ia tidak tahu, bahwa ketika matanya terpejam, dunia disekelilingnya hidup, menyapa anggota baru yang cantik itu.
...
Balerina menilik bayangannya sendiri pada kaca dibelakangnya. Ia melihat pantulan dirinya dan pasang-pasang mata yang menatapnya dari balik bahunya. Ia menoleh, "hai", sapanya. Sebuah ornamen beruang menyapanya kembali, "hai". Wajahnya bersemu merah. Beberapa temannya melambaikan tangan pada sang Balerina. Sebuah keramik berbentuk burung dara berkata, "kau cantik sekali." Balerina balas melambaikan tangan pada wajah-wajah yang menatapnya. Ia memberi hormat dengan anggun yang dilanjutkan dengan variasi pas de bourrée, pas de valse dan grand jeté.
dari ujung keujung. Mereka tersenyum senang melihat gerakan cantik yang meliuk-liuk dari sang Balerina. Mata sang Balerina menyusuri mereka yang mengaguminya, ia merasa disambut baik didunianya yang baru. Pandangannya terhenti pada sebuah figur ornamen yang terbuat dari keramik disalah satu sudut ruangan, tegap dan mencolok. Figurine yang berwujud laki-laki itu memberi salute sambil membungkuk pada sang Balerina.
waah.. sungguh tampan dan gagahnya laki-laki itu, kata sang Balerina dalam hati. Ia mengamati gerak gerik laki-laki itu sambil terus menari. Maka sejak saat itu sang Balerina menaruh hati pada laki-laki yang dikaguminya sejak pandangan pertama. Sayangnya sang Balerina tidak tahu bahwa laki-laki itu sudah memiliki pasangan, sebuah porselin antik berbentuk wanita bergaun biru.
Si burung dara yang mengetahui cinta sang Balerina memberi tahu perihal laki-laki itu pada sang Balerina. Mendengar kabar itu, sang Balerina sangat sedih. Ia menarikan kesedihannya dalam pirroute berulang-ulang, kemudian ia kembali kedalam kotaknya. Menangis. Malangnya sang Balerina, ia juga tidak menyadari tangisannya membuat satu senar dalam kotak musiknya putus.
Hari demi hari, kabar yang didengarnya makin jelas terlihat. Ketika malam tiba, sang Balerina melihat laki-laki itu bersama wanita pendampingnya bergandengan tangan. Ia kembali menangis dan satu senarnya putus lagi. Beberapa kali sang Balerina melihat laki-laki itu sendirian, ia ingin sekali menyapa dan berbicara dengan laki-laki itu, tapi ia terlalu takut untuk melakukannya dan ketakutannya kembali membuat senarnya putus lagi.
Pada suatu hari ia tidak bisa lagi menahan gejolaknya untuk berbicara dengan laki-laki yang dicintainya secara diam-diam itu. Ia berkata pada si burung dara, "dosakah aku jika hanya ingin menyapa? dosakah aku jika hanya ingin mendengar suaranya memanggil namaku? dosakah aku jika untuk sekali saja tangan ini bisa menjabat tangannya?". Si burung dara menjawab, "perihal dosa itu, aku tidak dapat memberitahumu. cinta yang kau miliki terlalu besar untuk dikatakan sebagai dosa. hanya saja, aku khawatir akan akibatnya." Sang Balerina menimbang jawaban si burung dara kemudian ia memutuskan untuk menghalau segala kekuatirannya dan pergi menyapa laki-laki itu.
"hallo..." katanya malu-malu.
"apa kabar?" balas laki-laki itu ramah, tidak kehilangan pesonanya. Sang Balerina terpana mendengar sapaan hangat laki-laki itu, ia tidak menyadari dirinya terpaku. "ada apa?" tanya laki-laki itu menyela kekosongan.
"aku... hanya ingin menyapamu." kata sang Balerina jujur. "sudah lama aku memperhatikanmu." lanjutnya.
"aku juga beberapa hari ini memperhatikanmu, wahai penari cantik."
Mendengar perkataan laki-laki itu, pipi sang Balerina bersemu merah. Ia senang laki-laki itu juga memperhatikannya. "benarkah?" katanya berusaha meyakinkan.
"musik dan tarianmu berubah, sepertinya ada yang salah." jawab laki-laki itu dengan pandangan menyelidik. "semua itu terdengar dan terlihat jelas dari sini."
"menurutmu, tarianku tidak indah?"
"tidak seindah dulu."
Sang Balerina yang terkejut mendengar perkataan yang tidak disangka-sangka, seketika itu ia lari menjauh. Dalam ketidak tahuannya ia merasa malu dan sedih, terlebih lagi ia merasa marah pada dirinya sendiri. Ia tidak tahu apa yang menyebabkan tarian dan musiknya tidak seirama. Ia melakukan fouettés en tournant sampai kelelahan dan terkulai lemas. Lalu senarnya putus lagi...dan lagi...dan lagi.
Cintanya yang terpendam, kesedihannya, kecemburuan dan penolakan yang diterima sang Balerina tidak membuatnya berhenti menari. Ia terus menggerakkan kaki dan tangannya, selama Melati memutar kenop kotak musik itu, sang Balerina tidak berhenti menari. Tanpa mengikuti irama, sang Balerina terus berputar-putar diatas permukaan datar itu. Matanya masih tertuju pada laki-laki yang dicintainya tapi mata sang lelaki tidak tertuju padanya, melainkan pada pasangannya. Hatinya makin hancur. Ia menari sambil menangis. Sampai suatu ketika saat ia sedang melakukan posisi arabesque, ia melihat laki-laki itu berciuman dengan pasangannya. Senar terakhirpun putus.
...
Dikamar Melati penuh barang. Figurine, boneka, ornamen keramik klasik dan kotak musik. Pada malam hari ketika Melati hendak tidur, ia mengambil kotak musik kayunya. Berharap alunan denting piano Adolphe Adam menghantarnya ke pembaringan. Ternyata harapan Melati tidak terjawab. Dengan kecewa, ia menyimpan kotak musiknya yang sudah tidak bersuara ke lemarinya. Didalam kotak musik itu bersembunyi seorang Balerina yang tidak bergerak lagi dengan arabesque yang tertahan untuk selamanya. Malam itu, hanya lirih kicau si burung dara yang mengisi kesunyian...
after a certain point, a heart with so many stress fracture can never be anything but broken - Jodi Picoult
Kezia Mamoto
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment