Sunday, October 31, 2010

bintang itu cuma satu... part II

Ditahun 2001-2002, ada hari-hari dimana gue suka jalan kaki dimalam hari...
Sebelum keluar rumah ada dua hal yang harus gue perhatikan dengan baik dan benar,
Yang pertama gue harus memperhatikan kostum. Pantang hukumnya memakai baju putih, atau jaket yang terlalu besar. Gue mengantisipasi kejadian dimana orang akan menyangka dirinya bertemu hantu atau atau bertemu hansip, terutama jika dilengkapi atribut senter, sarung dan topi kupluk. Sama juga dengan alas kaki. Gue dengan perhitungan seksama tidak memilih high-heels atau sepatu boots untuk berjalan kaki dimalam hari. High heels akan menyulitkan gue berlari jika gue, sialnya, ketemu hantu beneran. Dan sepatu boots akan menimbulkan suara langkah kaki yang sama dengan langkah kaki satpam komplek rumah gue. Oh iya, demikian halnya dengan daster. Itu juga nggak boleh. Bisa masuk angin. Dari mana? Tentunya dari bagian yang paling terbuka dibagian bawah. Apalagi jika tiba-tiba angin keras bertiup. Tidak bisa menampilkan kesan kuat bagai Marlyn Monroe, melainkan rasa malu yang tidak berkesudahan. Maka dengan bijaksana gue memilih kaos warna-warna terang, celana pendek berkantong dan sendal jepit. Demikianlah analisa gue. Ahh...gue merasa pintar.

Alasan kenapa gue memakai celana pendek berkantong adalah hal yang harus diperhatikan nomer dua sebelum gue jalan kaki malam-malam. Kantong-kantong ini sangat penting. Gue memillih beberapa benda yang selalu gue masukkan kedalam kantong.
Pertama, adalah uang secukupnya. Tidak perlu segepok atau satu celengan ayam dikeluarin semua. Beberapa uang ribuan sudah cukup. Jalan kaki dimalam hari adalah saat-saat pertemuan gue dengan abang-abang. Abang tukang nasi goreng, tukang sekuteng, bakwan malang dan tukang somay. Kalo gue bawa duit rada banyakan gue jajan yang mahalan. Kalo ternyata duitnya kurang, gue tawar mati-matian dengan mempertaruhkan nama baik nyokap gue dikomplek ini. Ahh... senangnya berbagi..
Kedua, adalah kunci rumah. Ingat, jika kita memutuskan untuk keluar rumah, maka harus bisa masuk lagi. Jangan mau dinyamukin semaleman. Please deh...
Ketiga, adalah henpon. Nyokap suka riweh dengan aktivitas gue jalan kaki malem-malem. Biasanya ada kalimat-kalimat seperti ini yang gue dengar.. "Ngapain sih keluar malem-malem....mau jadi apa, hah..?! kalo ketemu orang jahat gimana?" Ketika henpon gue berbunyi, berharap mereka khawatir gue nggak pulang-pulang tapi ternyata nyokap atau kakak gue nyuruh sekalian beliin nasi goreng. (-__-") 

Sorry ya, ma. Gue nggak bisa jelasin sama mama alasan kenapa gue suka jalan kaki malem-malem. Gue cuma mau lihat bintang... Gue cuma pengen yakin kalo bintang gue masih ada diatas sana.

Regards, 
Kezia Mamoto

0 comments:

Post a Comment