Saturday, October 23, 2010
Ni yee.. hari ini gue mau nge-blog tentang satu lagi kejadian yang ganggu banget seharian. Well, since my mind already disturbed anyway, so just go along with it...
Sabtu pagi yang harusnya jatah gue molor sampe siang terpaksa pupus. Gue dibangunin sama temen gue lewat misscall jam 5.30 teng!, gue hampir emosi denger ringtone gue sendiri. Kita harus ikutan training teacher masal. Eniwei, akhirnya gue dan temen-temen gue jalan tuh ke kantor pusat dengan wajah-wajah merindukan bantal.
Nyampe disana, kita duduk manis dikursi masing-masing. Didepan gue udah berdiri seorang wanita berkebangsaan Filipina yang berpostur tegap dan berwibawa. Dari penampilannya keliatan ni orang pinter dengan kacamata bingkai tebal keren, make-upnya rapi dan rambut digulung ketat keatas. Gue takjub. Secara gue dateng cuma pake celana jeans, kaos, rambut belom dikeramas dan sendal seadanya yang gue temuin dimobil gue. Kacamata pink gue malah bikin tambah ciut. Gue nggak sanggup deket-deket sama ni orang, kebanting abis.
Sampai dia mulai ngomong, gue masih takjub. Pronunciationnya rapi, kalimatnya tegas dan jelas, sampai gue nggak sadar ngeliatin mulutnya terus, ekspresi gue bagai orang tuli yang cuma bisa baca bahasa bibir sambil melongo dongo. Amazingly, she can open her mouth very wide! dan dia bisa ngucapin phonics blend '-sh, sh-' tanpa ada yang muncrat dari mulutnya. Keren.
Kemudian tibalah saat dia memperkenalkan diri. Dia bilang, dengan tutur kata yang sopan dan berwibawa, "Allow me to introduce myself. My name is Cinderella." Mulut gue langsung ngatup. Hap! Ngedrop!
Moment inilah yang bikin telinga gue terus-terusan mendengungkan nama itu. Cinderella. I mean, of all thousands of names, her parents chose that word to became her name. Fascinating! And that one, is very unique and rare. Cinderella. Sekali lagi ah... Cinderella. Lagi... Cinderella. Rasanya gimanaaaa gitu dilidah... Cinderella!
Setelah dia memperkenalkan diri, dia menambahkan begini, "I'm not really comfortable of people calling me Cinderella, so they usually call me Cindy. I'm not the Cinderella from the story book cause I'm not wearing a glass slipper, I just wearing black shoes" sambil nunjukin stiletto nya sama kita. Ahhh.... sekarang lebih masuk akal.
Soal pemilihan nama ini, kadang gue pengen nanya sama para orang tua. "What were you thinking?"
Gue tau dibalik semua nama pasti ada storynya. But besides all that stories, we, who are named, must carry that word to represent ourself forever, up until it craved in our gravestone. My goodness...
Tinggal di Indonesia rada susah mengimpor nama-nama barat. Output nya nggak seperti yang dibayangin. Dulu gue pernah punya temen SMP. Namanya Angela. Begitu diabsen sama guru, dia mengucapkan nama itu dengan empat suku kata. A-ng-e-la. Ada lagi temen gue bernama Rachel. Disekolah namanya berubah jadi Rahel. So sad. Nah, buat penyandang nama-nama impor, seberapa bangga lo sama nama lo sendiri ketika outputnya nggak seperti yang diharapkan?
Waktu SMP gue punya satu guru orang batak. Dia selalu mengganti Z dengan J. Nama gue resmi jadi Kejia. Ada juga yang nggak bisa bilang Z, nama gue jadi Kesia. *sambil mengenang kisah sedih itu... Gue nggak mau mengulang sejarah itu, makanya gue milih nama yang simple buat anak gue. Noah Putra. Noah babenya yang ngasih. Putra gue ambil dari salah satu nama tokoh dinovel gue.
Salah satu temen gue secara ekstrim memilih sebuah nama buat anaknya, Phoebe. *baca fibi. Gue nggak bisa bayangin dia sekolah di SD negeri dan gurunya orang batak. Begitu pegang absen langsung kesulitan manggil nama anak itu. Secara (sok) bijak gue nasehati temen gue itu sampai akhirnya dia mengubah pikirannya, banting stir dari Phoebe jadi Diajeng Sekar Ayu Ningtyas. Frustrasi kali.
Nah, buat yang orang tuanya terlalu kreatif kaya si Cinderella ini. Jangan salahin orang tua. Mereka punya harapan suatu hari dia bisa naik kereta labu atau dibuatin baju sama tikus-tikus Atau seperti kasusnya Krisdayanti yang ngasih nama anaknya Titania. Dia mungkin punya harapan suatu hari anaknya dipeluk diujung kapal sama cowok bernama Jack sambil main angin-anginan dengan backsound lagunya Celine Dion. Ada satu temen gue yang bercita-cita ngasih nama anaknya, Gina. Dalam hati gue memuji, bagus...bagus. Kemudian dia melanjutkan, "kepanjangannya Vagina Itilia". Dalam hati gue mengutuk, kunyuk...kunyuk.
Soal pemilihan nama, gue kasih salute sama tante gue. Dia pernah cerita sama gue waktu milih nama anaknya. "I chose this name and I consider how to spell and pronounce not only in English but also in bahasa, I was thinking if I write Joceline, in bahasa they will call her Jo-ce-lin, not Joslin. So I decide to spell it Joslyn instead." Sangat bijaksana!
Buat yang punya nama universal seperti Andy, Benny, *either with i or y, tenang aja. Lo aman. Well, klo di Indonesia, nama Budi masih masuk urutan favorite. Kepanjangannya bisa Budiman atau Budianto atau Budiono. Lo juga aman. Guru-guru disekolahpun senang menyebut nama lo dan juga ibu bapak lo. Tapi bayangin kalo lo salah satu objek penderita yang menyandang sebuah nama unik, seperti si Cinderella.
Bayangin skenario singkat ini....
A: hey...cewek... kenalan donk..
B : boleh
A : nama lo siapa?
B : Cinderella
A : oohh.. hah? siapa?
Mendadak budek.
Menurut gue, perlu keberanian untuk menyandang nama-nama unik. Gue yakin sebelum si Cinderella menyingkat namanya jadi Cindy, pasti sempat mengalami masa-masa kelabu dijaman SD atau TK nya waktu dia bilang, "my name is Cinderella". Contoh di Indonesia, Seno Gumira yang sangat nyeni itu ngasih nama anaknya Timur Angin. Melly Goeslow ngasih nama anaknya Lelaki Bernama Hoed. Need loads of courage to look in the eye and say your name out loud. Si Budi belom tentu punya nyali kaya gini. Bravo!
Regards,
Ke-Zi-a Ma-mo-to
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment