Sunday, October 10, 2010
Mendung tak berarti hujan, hujan tak berarti curhat. Kalimat ini gue pilih untuk mewakili bulan Oktober ini. I don't know why I see many sad stories this month. Dibulan Juni kemarin gue pernah nge-tweet tentang banyaknya kisah patah hati yang mendadak beranak pinak selama sebulan itu. In this October, not only heartbreak stories, but the stories just plain sad and a person who tells the story also sad. Fiuuhh... Belakangan hujannya sendiri kayak lagi curhat dan rada posesif. Sekalinya turun nggak mau berhenti.
Gue menjumpai kejadian patah hati seorang teman dibulan ini. Ceritanya pada suatu malam dia ditinggal sama ceweknya. Malam itu hujan dan karena hujan dia nggak bisa ngejar ceweknya. Waktu curhat, ada penambahan efek dramatis dari cerita yang sebenernya. "pas ujan-ujan gini dia main pergi gitu aja...." pause. "gue nggak bisa mencegah dia pergi, gue juga nggak maksa dia tinggal..." pause. "waktu dia pergi, gue cuma bisa mendangin dia dari belakang..." pause. "pait banget, chie...pait!" begitulah teman gue menggambarkan kesedihannya dengan tiga kali pause. Belakangan gue baru tau kalo waktu itu dia jalan kaki sementara ceweknya naik mobil. Mengingat kejadian itu, sampai hari ini dia masih sedih. Oohh...
Bukan cuma temen-temen gue yang sedih. Selama musim hujan ini banyak orang yang menjadi murung, nggak semangat dan moodnya berubah-ubah. Gloomy, gampang marah dan emosional atau bahkan tiba-tiba nangis. Sama seperti langit yang tiba-tiba gelap dan tiba-tiba panas. Saya sarankan langit pergi ke psikiater karena kelihatannya ia mengidap bipolar disorder. Well, I think everyone feels down, blue and sad sometimes. Its a common feeling. In this time of year, I don't know what happen with people. Are they really just sad or are they suffering SAD?
Seasonal Affective Disorder (SAD) adalah sejenis depresi yang mengikuti pola musiman. Beberapa orang mengalami mood-swing yang serius seiring perubahan musim sepanjang tahun. Dinegara 4 musim SAD terjadi pada musim dingin. Kalo di Indonesia pada musim hujan. Symptom yang menyertai SAD adalah Males bangun dari tempat tidur, Morning Sickness (yang ini nggak ada hubungannya sama kehamilan!), Berlebihan makan yang berujung kelebihan berat badan terutama soal mengkonsumsi karbohidrat, Tidur terus, Merasa lambat dalam aktifitas fisik dan mental, Penurunan tingkat konsentrasi, Meningkatnya sensitifitas atas perubahan sosial, yang semua itu berujung pada depresi dan kecemasan. DSM-IV memasukkan SAD kedalam kategori depresi klinis.
Bagi penderita SAD, hormon melatonin diduga sebagai pelakunya. Sinar matahari yang lebih sedikit menyebabkan penurunan tingkat hormon melatonin yang menyebabkan tidur dan rasa lelah menjadi berlebihan. Dr Angelos Halaris yang merupakan psikiater sekaligus pengamat behavior dari Lyola University Health System menyebutkan bahwa genetika dan gender menjadi faktor terjadinya SAD dimana wanita lebih terkena pengaruhnya ketimbang pria dalam 10 tahun terakhir ini. Tapi bukan berarti pria kebal SAD, ada yang memperkirakan 5 dari 12 orang pria akan mengalami depresi klinis dalam satu masa hidupnya. Untuk bagian genetika, biasanya memang ada sejarah SAD dalam medical recordnya.
Perlu evaluasi medis lebih lanjut untuk menentukan diagnosa bahwa seseorang menderita SAD atau tidak karena ini akan berhubungan dengan terapi yang termasuk light therapy, cognitive-behavior therapy, obat-obat anti-depressant dan suplementasi hormon melatonin dan juga menentukan tingkat keparahan SAD yang dideritanya.
People feels down in this time of year caused by many factors. Either they're just sad or suffering SAD. If you see one rain cloud in the sky and it's raining on you, don't be surprise. Another set of life brings you to this point.
(dari berbagai sumber)
Regards,
Kezia Mamoto
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
hmmm... sepertinya saya juga termasuk orang2 positif SAD.. tolong dong bu dokter.. hhe :D
maaf, saya bukan dokter... saya juga korban kelabilan langit ;)
Post a Comment